Tax100 税百

  • 在线人数 2105
  • Tax100会员 33073
查看: 204|回复: 0

[东南亚] 印度尼西亚2021年第34号政府令《关于使用外籍劳工的规定》

308

主题

577

帖子

1339

积分

超级版主

Rank: 8Rank: 8

积分
1339
2024-12-2 14:30:21 | 显示全部楼层 |阅读模式
政策文件
政策原文链接: https://peraturan.bpk.go.id/Details/161898/pp-no-34-tahun-2021
发文单位:
文件编号: -
文件名: 2021年第34号政府令《关于使用外籍劳工的规定》
发文日期:
政策解读: -
备注: -
纵横四海点评: -
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
  34  TAHUN  2021 TENTANG
PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang  :
bahwa  untuk melaksanakan  ketentuan  Pasal  81  dan Pasal   185   huruf   b   Undang-Undang  Nomor   11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,perlu menetapkan Peraturan  Pemerintah  tentang  Penggunaan  Tenaga Kerja  Asing;

Mengingat   :
1.Pasal    5   ayat   (2)Undang-Undang   Dasar    Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2.Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  2003  tentang
Ketenagakerjaan   (Lembaran    Negara   Republik Indonesia   Tahun   2003    Nomor   39,Tambahan Lembaran        Negara       Republik       Indonesia Nomor 4279);
3.Undang-Undang  Nomor  11  Tahun  2020  tentang Cipta    Kerja    (Lembaran    Negara       Republik Indonesia   Tahun   2020  Nomor  245,Tambahan Lembaran        Negara       Republik       Indonesia Nomor   6573);

MEMUTUSKAN;

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal  1
Dalam    Peraturan    Pemerintah     ini    yang     dimaksud
dengan:
1.Tenaga  Kerja  Asing  yang  selanjutnya  disingkat  TKA adalah  warga  negara  asing  pemegang  visa  dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.
2.Pemberi  Kerja  TKA  adalah  badan  hukum  yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia atau badan lainnya   yang   mempekerjakan   TKA   dengan membayarupah atau imbalan dalambentuk lain.
3.TenagaKerjaPendamping TKA adalah tenagakerja Indonesia yang ditunjuk oleh PemberiKerja TKA dan dipersiapkan   sebagai  pendamping  TKA  yang dipekerjakan dalam rangka alih teknologi dan alih keahlian.
4.Rencana  Penggunaan  Tenaga  Kerja  Asing  yang selanjutnya  disingkat  RPTKA  adalah  rencana penggunaan TKA padajabatan tertentu dan jangka waktu tertentu.
5.Pengesahan  Rencana  Penggunaan  Tenaga  Kerja Asing yang selanjutnya disebut Pengesahan RPTKA adalah persetujuan penggunaan TKA yang disahkan oleh  menteri  yang  menyelenggarakan  urusan pemerintahan  di  bidang  ketenagakerjaan  atau pejabat yang ditunjuk.
6.Kawasan   Ekonomi   Khusus   yang   selanjutnya disingkat  KEK  adalah  kawasan  dengan  batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik    Indonesia   yang    ditetapkan    untuk menyelenggarakan   fungsi    perekonomian   dan memperoleh fasilitas tertentu.
7.Dana      Kompensasi      Penggunaan     TKA    yang selanjutnya disingkat DKPTKA adalah kompensasi yang harus dibayar oleh Pemberi Kerja TKA atas setiap TKA yang dipekerjakan sebagai penerimaan  negara bukan pajak atau pendapatan daerah.
8.Pengawas  Ketenagakerjaan  adalah  pegawai  negeri sipil yang diberi tugas,tanggung jawab,wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk               melaksanakan                   kegiatan      pembinaan,
pemeriksaan,      pengujian,      penyidikan,      dan pengembangan              sistem              pengawasan ketenagakerjaan      sesuai      dengan      ketentuan  peraturan  perundang-undangan.
9.Menteri  adalah  menteri  yang  menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.

BAB II
KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI
PEMBERI KERJA TENAGA KERJA ASING

Bagian  Kesatu Umum

Pasal 2
(1)Setiap Pemberi Kerja TKA wajib mengutamakan penggunaan  tenaga  kerja  Indonesia  pada  semua jenis jabatan yang tersedia.
(2)Dalam  hal  jabatan   sebagaimana  dimaksud  pada ayat(1)belum  dapat  diduduki  oleh  tenaga  kerja Indonesia,jabatan  tersebut  dapat  diduduki   oleh TKA.
(3)Penggunaan  TKA   sebagaimana   dimaksud  pada ayat (2)dilakukan dengan memperhatikan kondisi pasar kerja dalam negeri.

Pasal 3
(1)PemberiKerja TKAmeliputi:
a.instansi  Pemerintah,perwakilan  negara  asing, dan badan internasional;
b.kantor     perwakilan     dagang     asing,kantor perwakilan perusahaan asing,dan kantor berita
asing yang melakukan kegiatan di Indonesia;
c.perusahaan    swasta    asing    yang    berusaha
di Indonesia;
d.badan hukum dalam bentuk perseroan terbatas atau   yayasan   yang   didirikan   berdasarkan hukum Indonesia atau badan usaha asing yang terdaftardi instansi yang berwenang;
e.lembaga         sosial,keagamaan,pendidikan,dan kebudayaan;
f.usaha  jasa   impresariat;dan
g.badan   usaha   sepanjang   diperbolehkan   oleh undang-undang untuk menggunakan TKA.
(2)Perseroan  terbatas  sebagaimana  dimaksud  pada ayat  (1)huruf  d  dikecualikan  untuk  perseroan terbatas yang berbentuk badanhukum perorangan.

Pasal 4
(1)TKAhanya dapat dipekerjakan oleh Pemberi Kerja TKA dalam hubungankerjauntuk jabatan tertentu dan  waktu  tertentu,serta  memiliki  kompetensi sesuai denganjabatan yang akan diduduki.
(2)Jabatan tertentu yang dapat diduduki oleh TKA sebagaimana  dimaksud pada  ayat  (1)ditetapkan oleh  Menteri  setelah  mendapat  masukan  dari kementerian/lembaga terkait.

Pasal 5
(1)PemberiKerja TKA dapat mempekerjakan TKA yang sedang dipekerjakan oleh Pemberi Kerja TKA lain untuk jabatan yang sama sebagai:
a.direksi   atau   komisaris;atau
b.TKA   pada    sektor   pendidikan   vokasi    dan  pelatihan   vokasi,sektor   ekonomi   digital,dan
sektor  migas  bagi  kontraktor  kontrak  kerja sama.
(2)Dalam hal Pemberi Kerja TKA akan mempekerjakan TKA   sebagaimana   dimaksud   pada    ayat    (1), TKA tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Pemberi Kerja TKA pertama.
(3)TKA    sebagaimana    dimaksud    pada    ayat    (1) dipekerjakan     paling     lama    sampai      dengan berakhirnya jangka waktu sebagaimana tercantum dalam  Pengesahan  RPTKA  Pemberi  Kerja  TKA pertama.
(4)Jabatan tertentu pada sektor pendidikan vokasidan pelatihan vokasi,sektor ekonomi digital,dan sektor migas  bagi  kontraktor  kontrak  kerja  sama  yang dapat   dirangkap    sebagaimana   dimaksud   pada ayat  (1)huruf b  ditetapkan  oleh  Menteri  setelah mendapat   masukan   dari   kementerian/lembaga terkait.

Bagian Kedua Kewajiban

Pasal 6
(1)Setiap Pemberi Kerja TKA yang mempekerjakan TKA wajib memiliki RPTKA yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(2)Dalam  hal  Pemberi  Kerja   TKA   akan  mempekerjakan TKA yang sedang dipekerjakan oleh Pemberi Kerja TKA lain,masing-masing Pemberi Kerja TKA wajib memiliki Pengesahan RPTKA.
(3)Pemberi Kerja TKA sebagaimana dimaksud pada ayat  (1)dan  ayat  (2)wajib  mempekerjakan  TKA sesuai dengan Pengesahan RPTKA.

Pasal 7
(1)PemberiKerja TKA wajib:
a.menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai Tenaga Kerja Pendamping TKA yang dipekerjakan  untuk  alih  teknologi  dan  alih keahlian dari TKA;
b.melaksanakan  pendidikan   dan  pelatihan  kerja bagi      Tenaga    Kerja     Pendamping     TKA sebagaimana  dimaksud  pada  huruf  a   sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA;dan
c.memulangkan  TKA  ke  negara  asalnya  setelah perjanjiankerjanyaberakhir.
(2)Selain kewajiban Pemberi Kerja TKA sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Pemberi Kerja TKA wajib memfasilitasi  pendidikan  dan  pelatihan  bahasa Indonesia kepada TKA.
(3)Ketentuan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) huruf a,huruf b,dan ayat  (2)tidak berlaku bagi:
a.direksi  dan  komisaris;
b.kepala  kantor  perwakilan;
c.pembina,pengurus,dan   pengawas    yayasan;dan d.TKA yang dipekerjakan untuk pekerjaan bersifat
sementara

Pasal 8
(1)PemberiKerja TKA wajib mendaftarkan TKA dalam program jaminan sosial nasional bagi TKA yang bekerja  lebih  dari  6  (enam)bulan  atau  program asuransi pada perusahaan asuransi bagi TKA yang bekerja kurang dari6 (enam)bulan.
(2)Program asuransi bagi TKA yang bekerja kurang dari  6  (enam)bulan  sebagaimana  dimaksud  pada ayat(1)paling sedikit menjamin pelindungan untuk jenis risiko kecelakaan kerja.

Bagian  Ketiga Larangan

Pasal 9
Pemberi     kerja     orang     perseorangan    dilarang
mempekerjakan TKA.

Pasal 10
Pemberi  Kerja  TKA  dilarang  mempekerjakan  TKA rangkap jabatan dalam perusahaan yang sama.

Pasal  11
(1)Pemberi Kerja TKA dilarang mempekerjakan TKA padajabatan yang mengurusi personalia.
(2)Jabatan  yang  mengurusi  personalia  sebagaimana dimaksud  pada   ayat(1)ditetapkan   oleh   Menteri setelah            mendapat            masukan           dari kementerian/lembaga terkait.

BAB II
PENGESAHAN RENCANA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

Bagian Kesatu
Tata Cara Permohonan
Pengesahan Rencana PenggunaanTenagaKerjaAsing

Pasal  12
(1)Untuk mendapatkan Pengesahan RPTKA,Pemberi Kerja TKA harus mengajukan permohonan secara daring kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(2)Permohonan  Pengesahan  RPTKA   sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan oleh Pemberi
Kerja TKA yang memuat paling sedikit: a.identitas Pemberi KerjaTKA;
b.alasan penggunaan TKA;
c.jabatan  atau  kedudukan  TKA  dalam  struktur organisasi perusahaan;
d.jumlah TKA;
e.jangka waktu penggunaan TKA; f.lokasi kerja TKA;
g.identitas TenagaKerjaPendamping TKA;dan
h.rencana  penyerapan  tenaga  kerja  Indonesia setiap tahun.
(3)Permohonan  Pengesahan  RPTKA  sebagaimana dimaksud pada ayat (2)disampaikan oleh Pemberi Kerja TKA dengan melampirkan dokumen paling sedikit:
a.surat   permohonan;
b.nomor  induk  berusaha  dan/atau  izin  usaha PemberiKerjaTKA;
c.akta   dan   keputusan    pengesahan   pendirian dan/atau    perubahan    dari    instansi    yang berwenang;
d.bukti       wajib    lapor    ketenagakerjaan    di
perusahaan;
e.rancangan perjanjian kerja atau perjanjian lain; f.bagan  struktur  organisasi  perusahaan;
g.surat  pernyataan  untuk  penunjukan  Tenaga KerjaPendamping TKA;
h.surat        pernyataan      untuk      melaksanakan pendidikan dan pelatihankerjabagi tenagakerja Indonesia  sesuai  dengan  kualifikasi  jabatan yang diduduki oleh TKA;dan
i.     surat            pernyataan      untuk           memfasilitasi
pendidikan  dan  pelatihan  bahasa  Indonesia kepada TKA.
(4)Dalam   hal   Pemberi   Kerja   TKA   telah   siap menyampaikan   data   calon   TKA   yang   akan dipekerjakan maka penyampaian data calon TKA dapat dilakukan sekaligus pada saat permohonan Pengesahan RPTKA.

Pasal 13
(1)Menteri  atau  pejabat  yang  ditunjuk  melakukan penilaian   kelayakan   permohonan   Pengesahan RPTKA yang diajukan oleh PemberiKerja TKA sejak dinyatakan lengkap dan benar.
(2)Menteri atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)menerbitkan hasilpenilaian kelayakan Pengesahan RPTKA paling lama 2 (dua) hari kerja setelah Pemberi Kerja TKA dinilai layak berdasarkan penilaian kelayakan.

Pasal 14
(1)Berdasarkan hasilpenilaian kelayakan Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud dalam Pasal  13 ayat (2),Pemberi Kerja TKA menyampaikan data calon  TKA  secara  daring  kepada  Menteri  atau pejabat yang ditunjuk.
(2)Data  calon  TKA  sebagaimana  dimaksud  pada ayat(1)memuat paling sedikit:
a.identitas TKA;
b.jabatan TKA dan jangkawaktubekerjaTKA;
c.lokasi kerja TKA;dan
d.penetapan kode dan lokasi domisili TKA.
(3)PemberiKerja TKA dalam menyampaikan data calon TKA sebagaimana dimaksudpada ayat (2)dengan melampirkan dokumen paling sedikit:
a.ijazah  pendidikan;
b.sertifikat kompetensi atau pengalaman kerja;
c.perjanjian kerja atau perjanjian lain;
d.surat   keterangan    penunjukan   Tenaga   Kerja Pendamping TKA;
e.surat pernyataan sebagai penjamin TKA;dan
f.rekening   koran/tabungan   TKA   atau   Pemberi Kerja TKA.
(4)Data calon TKA dan dokumen dilakukan verifikasi oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk paling lama 2 (dua)hari kerja.
(5)Dalam   hal    data    calon    TKA    dan    dokumen sebagaimana  dimaksud  pada   ayat  (4)dinyatakan lengkap dan benar serta Pemberi Kerja TKA telah melakukan  pembayaran  DKPTKA,Menteri  atau pejabat  yang  ditunjuk  menerbitkan  Pengesahan
RPTKA.
(6)Pengesahan RPTKA digunakan sebagairekomendasi untuk  mendapatkan  visa  dan  izin  tinggal  dalam rangka bekerja bagi TKA.
(7)Menteri  atau  pejabat  yang  ditunjuk  sebagaimana dimaksud pada ayat (5)menyampaikan data calon TKA yang akan dipekerjakan secara daring kepada menteri       yang      menyelenggarakan       urusan pemerintahan  di  bidang  hukum  dan  hak  asasi manusia   atau   pejabat   yang    ditunjuk   sebagai rekomendasi  untuk  mendapatkan  visa  dan  izin tinggal dalam rangka bekerja.

Pasal 15
(1)Permohonan Pengesahan RPTKAyang diajukan oleh instansi  Pemerintah,perwakilan  negara  asing,dan badan  internasional  dikecualikan  dari  penilaian kelayakan    Pengesahan     RPTKA    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
(2)Permohonan  Pengesahan  RPTKA   sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (1)disampaikan   kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk dengan memuat data calon TKA paling sedikit:
a.identitas TKA;
b.jabatan TKA dan jangkawaktubekerjaTKA;
c.lokasi kerja TKA;dan
d.penetapan kode dan lokasi domisili TKA.
(3)Permohonan  Pengesahan  RPTKA   sebagaimana dimaksud pada ayat (2)disampaikan oleh Pemberi Kerja TKA dengan melampirkan dokumen paling sedikit:
a.surat permohonan dan alasan penggunaan TKA;
b.rancangan perjanjian kerja atau perjanjian lain;
dan/atau
c.surat persetujuan dari instansi yang berwenang.
(4)Data  calon  TKA  dan  dokumen  dilakukan  verifikasi oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk paling lama 2 (dua)harikerja.
(5)Dalam   hal    data   calon    TKA   dan    dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dinyatakan lengkap  dan  benar,Menteri   atau  pejabat   yang ditunjuk menerbitkan Pengesahan RPTKA.
(6)Pengesahan RPTKA digunakan sebagairekomendasi untuk mendapatkan visa dan izin tinggal dalam rangka bekerja bagi TKA.
(7)Menteri atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (5)menyampaikan   data   calon TKA yang akan dipekerjakan secara daring kepada menteri         yang       menyelenggarakan       urusan pemerintahan  di  bidang  hukum  dan  hak  asasi manusia   atau   pejabat   yang   ditunjuk   sebagai rekomendasi  untuk  mendapatkan  visa  dan  izin tinggal  dalam  rangka  bekerja.

Pasal 16
Pengesahan RPTKA terdiri atas:
a.RPTKA untuk pekerjaan bersifat sementara;
b.RPTKA untuk pekerjaan lebih dari 6 (enam)bulan;
c.RPTKA           non-DKPTKA;dan
d.RPTKA      KEK.

Pasal 17
(1)Pengesahan   RPTKA    untuk   pekerjaan   bersifat sementara  diberikan  untuk  jangka  waktu  paling lama 6 (enam)bulan dan tidak dapat diperpanjang.
(2)Pengesahan  RPTKA  untuk  pekerjaan   lebih  dari 6     (enam)bulan     dan     Pengesahan     RPTKA non-DKPTKA diberikan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua)tahun dan dapat diperpanjang.
(3)Pengesahan RPTKA KEK diberikan untuk jangka waktu   paling   lama   5   (lima)tahun   dan   dapat diperpanjang.
(4)Pengesahan RPTKA KEK untuk jabatan direksi atau komisaris,diberikan sekali dan berlaku selama TKA
yang bersangkutan menjadi direksi atau komisaris.

Pasal 18
Pengesahan RPTKA non-DKPTKA diberikan kepada Pemberi   Kerja   TKA   untuk    instansi   Pemerintah, perwakilan negara asing,badan internasional,lembaga sosial,lembaga     keagamaan,dan    jabatan     tertentu di lembagapendidikan.

Pasal 19
(1)Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 tidakberlaku bagi:
a.direksi   atau   komisaris   dengan   kepemilikan  saham  tertentu,atau  pemegang   saham  sesuai dengan     ketentuan     peraturan     perundang- undangan;
b.pegawai  diplomatik  dan  konsuler  pada  kantor perwakilan negara asing;atau
c.TKA yang dibutuhkan oleh Pemberi Kerja TKA pada  jenis   kegiatan  produksi  yang  terhenti karena     keadaan     darurat,vokasi,perusahaan
rintisan (start-up)berbasis teknologi,kunjungan bisnis,dan   penelitian    untuk   jangka   waktu tertentu.
(2)Untuk  mempekerjakan  TKA  pada  jenis  kegiatan perusahaan  rintisan   (start-up)berbasis   teknologi dan    vokasi    untuk    jangka     waktu     tertentu sebagaimana    dimaksud   pada    ayat(1)huruf   c, Pemberi Kerja TKA harus menyampaikan data calon TKA secara daring kepada Menteri atau pejabatyang ditunjuk.
(3)Jabatan  pada  kegiatan  perusahaan  rintisan  (start- up)berbasis  teknologi  dan  vokasi   sebagaimana dimaksud  pada  ayat  (2)ditetapkan  oleh  Menteri setelah          mendapatkan         masukan          dari kementerian/lembaga terkait.
(4)Menteri  atau  pejabat  yang  ditunjuk  sebagaimana dimaksud pada ayat (2)menyampaikan data calon TKA    secara    daring    kepada     menteri    yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia atau pejabat yang ditunjuk sebagai rekomendasi untuk mendapatkan visa dan izin tinggal dalam rangka bekerja.
(5)Jangka waktu bagi TKA yang bekerja pada jenis kegiatan   perusahaan   rintisan    (start-up)berbasis teknologi dan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)diberikan paling lama 3 (tiga)bulan.
(6)PemberiKerja TKA yang akan mempekerjakan TKA pada jenis kegiatan perusahaan rintisan (start-up) berbasis teknologi dan vokasi melebihijangkawaktu sebagaimana dimaksudpada ayat (5)wajib memiliki Pengesahan RPTKA.
(7)Dalam  hal  jangka  waktu  sebagaimana  dimaksud pada ayat (5)telah berakhir dan Pemberi Kerja TKA tetap akan mempekerjakan TKA tersebut,Pemberi Kerja    TKA    harus    mengajukan    permohonan Pengesahan RPTKA.
(8)Permohonan   Pengesahan   RPTKA   sebagaimana dimaksud  pada  ayat  (7)diajukan  paling  lambat 2 (dua)minggu sebelum berakhirnya jangka waktu jabatan TKA sebagaimana dimaksudpada ayat (5).

Pasal 20
TKA yang dibutuhkan oleh Pemberi Kerja TKA pada jenis kegiatan produksi yang terhenti karena keadaan darurat,kunjungan bisnis,dan penelitian  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)huruf c dapat masuk dan tinggal di wilayah Indonesia dengan menggunakan visa dan izin tinggal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang keimigrasian.

Bagian Kedua
Perpanjangan dan Perubahan Pengesahan Rencana Penggunaan
TenagaKerjaAsing

Pasal 21
(1)Permohonan  perpanjangan   Pengesahan   RPTKA diajukan oleh Pemberi Kerja TKA secara daring kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(2)Permohonan   perpanjangan   Pengesahan   RPTKA sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)diajukan paling  lambat  30  (tiga  puluh)hari  kerja  sebelum jangka waktuberakhir.
(3)Permohonan   perpanjangan   Pengesahan   RPTKA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan oleh Pemberi Kerja TKA dengan memuat paling sedikit:
a.identitas Pemberi Kerja TKA;
b.alasan perpanjangan Pengesahan RPTKA;
c.jabatan  atau  kedudukan  TKA  dalam  struktur organisasi perusahaan;
d.jumlah TKA;
e.jangka waktu penggunaan TKA; f.lokasi kerja TKA;
g.identitas TenagaKerjaPendamping TKA;dan h.realisasi penyerapan tenagakerja Indonesia.
(4)Permohonan  perpanjangan  Pengesahan  RPTKA sebagaimana dimaksudpada ayat (3)disampaikan oleh Pemberi Kerja TKA dengan melampirkan dokumen paling sedikit:
a.surat permohonan perpanjangan RPTKA; b.Pengesahan RPTKA yang masih berlaku;  C.perjanjian     kerja     atau     perjanjian     lain;
d.paspor TKA yang masih berlaku;
e.kepesertaan program jaminan sosial;
f.nomor pokokwajib pajak TKA dan Pemberi Kerja TKA;dan
g.laporan  realisasi  pelaksanaan  pendidikan  dan pelatihan  kerja  bagi  tenaga  kerja  Indonesia sesuai dengan kualifikasijabatan yang diduduki oleh TKA.
(5)Dalam hal permohonan perpanjangan Pengesahan RPTKA dinyatakan lengkap dan benar,Menteri atau pejabat yang  ditunjuk menerbitkan Pengesahan RPTKA perpanjangan paling lama 2 (dua)harikerja.
(6)Jangka      waktu     setiap     Pengesahan    RPTKA perpanjangan sebagaimana dimaksudpada ayat (5) diberikan    paling    lama    2    (dua)tahun    dan Pengesahan RPTKA perpanjangan di KEK diberikan paling lama 5 (lima)tahun.
(7)Pengesahan   RPTKA   perpanjangan   digunakan sebagai  rekomendasi  untuk  mendapatkan  izin tinggal dalam rangka bekerja bagi TKA.
(8)Menteri  atau  pejabat  yang  ditunjuk  sebagaimana dimaksud pada ayat (5)menyampaikan data TKA yang   akan   dipekerjakan   secara   daring   kepada menteri       yang       menyelenggarakan       urusan  pemerintahan  di  bidang  hukum  dan  hak  asasi manusia   atau   pejabat   yang    ditunjuk   sebagai rekomendasi untuk mendapatkan izin tinggal dalam rangka bekerja.

Pasal 22
(1)PemberiKerja TKA dapat mengajukan permohonan perubahan   Pengesahan   RPTKA   secara   daring kepada   Menteri   atau   pejabat   yang   ditunjuk mengenai:
a.alamat Pemberi Kerja TKA;
b.identitas  TKA;
c.lokasi  kerja  TKA;dan/atau
d.nama  Tenaga  Kerja  Pendamping  TKA  yang dipekerjakan.
(2)Perubahan    Pengesahan     RPTKA    sebagaimana dimaksud  pada  ayat  (1)diterbitkan  oleh  Menteri atau pejabat yang ditunjuk paling lama 2(dua)hari kerja  sejak  permohonan  dinyatakan  lengkap  dan benar.

Bagian Ketiga
Dana Kompensasi PenggunaanTenagaKerjaAsing

Pasal 23
(1)PemberiKerja TKA wajib membayar DKPTKA atas setiap TKA yang dipekerjakan.
(2)Pembayaran  DKPTKA   dilakukan  sesuai  dengan jangkawaktu TKA bekerja di wilayah Indonesia.
(3)Pembayaran DKPTKA sebagaimana dimaksudpada ayat (1)dibayarkan oleh Pemberi Kerja TKA setelah menerima kode billing pembayaran DKPTKA dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(4)Kode billing pembayaran DKPTKA sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (3)disampaikan   kepada Pemberi Kerja TKA setelah data calon TKA dan dokumen dinyatakan lengkap oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(5)Pembayaran  DKPTKA  merupakan  persyaratan Pengesahan RPTKA.
(6)Ketentuan  mengenai  besaran  dan  penggunaan DKPTKA  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 24
(1)Pembayaran DKPTKA oleh Pemberi Kerja TKA merupakan penerimaan negara bukan pajak atau pendapatan daerah berupa retribusi daerah.
(2)DKPTKA  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi:
a.penerimaan     negara    bukan    pajak    untuk Pengesahan RPTKA baru,Pengesahan RPTKA
perpanjangan bagi TKA yang bekerja di lokasi lebih   dari    1(satu)provinsi,dan   Pengesahan RPTKA  KEK;
b.pendapatan daerah provinsi untuk Pengesahan RPTKA perpanjangan bagi TKA yang bekerja di lokasi lebih dari 1 (satu)kabupaten/kota dalam 1 (satu)provinsi;dan
c.pendapatan    daerah    kabupaten/kota    untuk Pengesahan RPTKA perpanjangan bagi TKA yang bekerja dilokasidalam 1 (satu)kabupaten/kota.
(3)Pembayaran DKPTKA sebagaimana dimaksudpada ayat  (1)untuk  penerimaan  negara  bukan  pajak dibayarkan  melalui  bank  persepsi  yang  ditunjuk oleh   Menteri   dan   untuk   pendapatan   daerah dibayarkan   melalui   bank   yang    ditunjuk   oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 25
(1)Kewajiban membayar DKPTKA tidak berlaku bagi:
a.instansi    Pemerintah;
b.perwakilan  negara  asing; c.badan    internasional;
d.lembaga   sosial;
e.lembaga    keagamaan;dan
f.jabatan tertentu  di  lembaga  pendidikan.
(2)Jabatan   tertentu   di   lembaga   pendidikan   yang dibebaskan  pembayaran   DKPTKA  sebagaimana dimaksud    pada    ayat    (1)huruf    f    ditetapkan oleh  Menteri  setelah  mendapatkan  masukan  dari kementerian    yang     menyelenggarakan    urusan pemerintahan dibidang pendidikan.

Pasal 26
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan, perpanjangan,perubahan    Pengesahan     RPTKA,dan pembayaran DKPTKA sebagaimana dimaksud dalam Pasal   12   sampai   dengan  Pasal  25  diatur  dengan Peraturan Menteri.

BAB  IV
IZIN  TINGGAL  TENAGA  KERJA  ASING

Pasal 27
(1)Setiap TKA yang dipekerjakan oleh Pemberi Kerja TKA di Indonesia wajibmemiliki izin tinggal.
(2)Jenis   dan   tata   cara   pemberian   izin   tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat(1)sesuai dengan ketentuan    peraturan    perundang-undangan    di bidang keimigrasian.

BABV
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA BAGI TENAGA KERJA PENDAMPING DAN TENAGA KERJA ASING

Pasal 28
(1)Penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai Tenaga Kerja Pendamping TKA dilaksanakan untuk alih teknologi   dan   alih   keahlian.
(2)Alih  teknologi   dan   alih   keahlian   sebagaimana dimaksud    pada     ayat(1)dilaksanakan     melalui pendidikan    dan/atau    pelatihan    kerja    kepada TenagaKerjaPendamping TKA sehingga memiliki kemampuan    untuk    mengimplementasikan    teknologi yang dipergunakan oleh TKA dalam melaksanakan pekerjaan.

Pasal 29
(1)Pendidikan dan pelatihan kerja bagi Tenaga Kerja Pendamping  TKA  dapat  dilaksanakan  di  dalam dan/atau di luar negeri.
(2)Tenaga  Kerja  Pendamping  TKA  yang  mengikuti pendidikan   dan   pelatihan   kerja   sebagaimana dimaksud    pada     ayat    (1)mendapat     sertifikat pendidikan dan pelatihan kerja dan/atau sertifikat kompetensi   sesuai   dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan.
(3)Pelaksanaan  pendidikan  dan  pelatihan  kerja  bagi Tenaga Kerja Pendamping TKA di dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan sesuai   dengan   ketentuan   peraturan   perundang- undangan.

Pasal  30
Pendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia kepada TKA dapat  dilaksanakan  oleh  Pemberi   Kerja  TKA  atau bekerja sama dengan lembaga pendidikan atau lembaga pelatihan bahasa Indonesia.

Pasal 31
Ketentuan    lebih    lanjut     mengenai     pelaksanaan pendidikan  dan  pelatihan  kerja  bagi  Tenaga  Kerja Pendamping TKA dan TKA  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 30 diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VI
PELAPORAN,PEMBINAAN,DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu Pelaporan

Pasal  32
(1)Pemberi   Kerja   TKA   wajib   melaporkan   setiap 1  (satu)tahun  kepada  Menteri  atau  pejabat  yang ditunjuk untuk pelaksanaan:
a.penggunaan  TKA;
b.pendidikan  dan  pelatihan  kerja  bagi  Tenaga KerjaPendamping TKA;dan
c.alih teknologi dan alih keahlian dari TKA kepada TenagaKerjaPendamping TKA.
(2)Pemberi Kerja TKA untuk pekerjaan yang bersifat sementara      wajib      melaporkan     pelaksanaan penggunaan  TKA  sebagaimana  dimaksud  pada ayat(1)huruf a setelah berakhirnya perjanjian kerja kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(3)Pemberi  Kerja  TKA  wajib  melaporkan  kepada Menteri    atau    pejabat    yang    ditunjuk    untuk perjanjian  kerja  TKA  yang  telah  berakhir  atau diakhiri  sebelum  jangka  waktu  perjanjian  kerja berakhir.

Pasal 33
Menteri atau pejabat yang ditunjuk menyediakan data TKA yang dipekerjakan oleh Pemberi Kerja TKA secara daring    dan    dapat    diakses    oleh    dinas    yang menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  di  bidang ketenagakerjaan  provinsi  dan  kabupaten/kota  sesuai dengan  lokasi  kerja  TKA  melalui  sistem  informasi ketenagakerjaan.

Bagian Kedua Pembinaan

Pembinaan   kementerian

Pasal 34
penggunaan     TKA          dilakukan  yang       menyelenggarakan oleh urusan pemerintahan  di  bidang  ketenagakerjaan  dan  dinas yang   menyelenggarakan    urusan   pemerintahan    di bidang ketenagakerjaan provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

Bagian Ketiga Pengawasan

Pasal 35
(1)Pengawasan penggunaan TKA dilaksanakan oleh:
a.Pengawas   Ketenagakerjaan   pada   kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan/atau dinas yang menyelenggarakan       urusan       pemerintahan di bidang ketenagakerjaan provinsi;dan/atau
b.Pejabat   imigrasi   yang   bertugas   di   bidang pengawasan dan penindakan keimigrasian,
secara terkoordinasi sesuai dengan lingkup tugas dan kewenanganmasing-masing.
(2)Pengawas Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a melakukan pengawasan pada norma penggunaan TKA sesuai dengan ketentuan peraturan     perundang-undangan    di      bidang ketenagakerjaan.

BAB VII
SANKSI   ADMINISTRATIF

Pasal 36
(1)Pemberi Kerja TKA yang melanggar ketentuan Pasal 6 ayat (1),Pasal 6 ayat (2),Pasal 6 ayat (3), Pasal 7 ayat (2),Pasal 8 ayat (1),Pasal 10,Pasal 11 ayat  (1),Pasal   19  ayat  (6),Pasal  23  ayat  (1), Pasal  32  ayat  (1),Pasal  32  ayat  (2),dan/atau Pasal  32  ayat  (3),dikenai  sanksi  administratif
berupa:
a.denda;
b.penghentian   sementara   proses   permohonan Pengesahan RPTKA;dan/atau
c.pencabutan Pengesahan RPTKA.
(2)Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(3)Menteri atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dalam mengenakan sanksi administratif  berdasarkan   surat  pemberitahuan pengenaan  sanksi  administratif  dari  Pengawas Ketenagakerjaan.

Pasal 37
(1)Sanksi   denda   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 36 ayat(1)huruf a dikenakan kepada Pemberi Kerja TKA yang melanggarketentuantidakmemiliki Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud dalam Pasal  6  ayat  (1),Pasal  6  ayat  (2),dan  Pasal  19 ayat (6).
(2)Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksudpada ayat (1)dikenakan per jabatan per orang per bulan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.1  (satu)bulan  dikenai  sanksi  denda  sebesar Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah);
b.2  (dua)bulan  dikenai  sanksi  denda  sebesar Rp12.000.000,00 (duabelas juta rupiah);
c.3(tiga)bulan   dikenai    sanksi   denda   sebesar Rp18.000.000,00 (delapan belas juta rupiah);
d.4  (empat)bulan  dikenai  sanksi  denda  sebesar Rp24.000.000,00  (dua  puluh empat juta rupiah);
e.5  (lima)bulan  dikenai  sanksi  denda  sebesar         Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah);atau  f.6  (enam)bulan  dikenai  sanksi  denda  sebesar Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
(3)Penghitungan besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dikenakankepada Pemberi Kerja TKA dimulai sejak TKA memasuki wilayah Indonesia sampaidengan 6 (enam)bulan.
(4)Sanksi denda sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dibayarkan ke kas negara.
(5)Pembayaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan oleh Pemberi Kerja TKA paling lama 2 (dua)minggu sejak diterima atau diumumkan pengenaan sanksi denda.

Pasal 38
(1)Pemberi Kerja TKA yang tidak membayar sanksi denda dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) minggu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (5)dikenakan sanksi penghentian sementara prosespermohonan Pengesahan RPTKA.
(2)Pemberi Kerja TKA sebagaimana dimaksud pada ayat(1)tetap berkewajibanuntukmembayar sanksi denda dan denda keterlambatan sebesar 2%(dua persen)per bulan dari jumlah sanksi denda yang harus dibayarkan.
(3)Denda keterlambatan sebagaimana dimaksudpada ayat (2)dikenakan paling lama 6 (enam)bulan.
(4)Apabila   dalam   jangka   waktu    6   (enam)bulan    sejak batas waktupembayaran Pemberi Kerja TKA tidak membayar sanksi denda dan denda keterlambatan, Menteri atau pejabat yang ditunjuk menyerahkan penagihan   kepada    instansi   yang   berwenang mengurusi piutang negara untuk di proses lebih lanjut.

Pasal 39
(1)Sanksi penghentian sementara proses permohonan Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat(1)hurufb dikenakan kepada Pemberi Kerja TKA yang melanggarketentuan:
a.tidak     memfasilitasi     pendidikan     dan     pelatihan bahasa Indonesia kepada TKA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);
b.tidak   mendaftarkan   TKA   dalam   program jaminan sosialnasional bagi TKA yang bekerja lebih dari6(enam)bulan atau program asuransi pada  perusahaan   asuransi  bagi   TKA  yang bekerjakurang dari6 (enam)bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1);
c.tidak melaporkan  setiap  1  (satu)tahun  kepada Menteri  atau  pejabat   yang  ditunjuk  untuk pelaksanaan  penggunaan   TKA,pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kerja bagi Tenaga Kerja Pendamping TKA,dan pelaksanaan alih teknologi   dan   alih   keahlian   dari   TKA   kepada TenagaKerjaPendamping TKA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1);
d.tidakmelaporkan pelaksanaan penggunaan TKA untuk   pekerjaanyang   bersifat   sementara   setelah berakhirnya perjanjian kerja kepada Menteri atau   pejabat   yang    ditunjuk   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2);dan/atau
e.tidak  melaporkan  kepada  Menteri  atau  pejabat yang ditunjukuntuk perjanjiankerja TKA yang telah  berakhir  atau  diakhiri  sebelum  jangka waktu  perjanjian  kerja  berakhir  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3).
(2)Sanksi penghentian sementara proses permohonan Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga)bulan.
(3)Sanksi penghentian sementara proses permohonan Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud pada ayat     (2)     memuat     kewajiban     yang     harus dilaksanakan  oleh  Pemberi  Kerja  TKA  terhadap pelanggaran yang telah dilakukan.
(4)Dalam hal Pemberi Kerja TKA tidak melaksanakan kewajiban  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (3) akan  dikenakan  sanksi  pencabutan  Pengesahan
RPTKA.

Pasal 40
(1)Sanksi        pencabutan        Pengesahan        RPTKA  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  36  ayat  (1) huruf c dikenakan kepada Pemberi Kerja TKA yang melanggar ketentuan:
a.mempekerjakan    TKA    tidak    sesuai    dengan Pengesahan  RPTKA  sebagaimana  dimaksud dalam Pasal6 ayat (3);
b.mempekerjakan  TKA  rangkap  jabatan   dalam perusahaan yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10;
c.mempekerjakan    TKA    pada    jabatan     yang mengurusi  personalia  sebagaimana  dimaksud dalam Pasal  11  ayat(1);dan/atau
d.tidak membayar DKPTKA atas setiap TKA yang dipekerjakan   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 23 ayat (1).

Pasal  41
Menteri atau pejabat yang ditunjuk menyampaikan pencabutan Pengesahan RPTKA kepada menteri yang menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  di  bidang hukum  dan  hak  asasi  manusia  atau  pejabat  yang ditunjuk  untuk   dilakukan   tindakan   keimigrasian sesuai   dengan   ketentuan    peraturan   perundang- undangan dibidang keimigrasian.

Pasal  42
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi  administratif  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  36  sampai  dengan  Pasal  41  diatur  dengan Peraturan Menteri.

BAB VIII
PENDANAAN

Pasal 43
Segalapendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini dibebankan padaAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara,AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah provinsi,serta sumber pendanaan lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 44
Proses penggunaan TKA sebagaimana diatur dalam Peraturan    Pemerintah    ini     dilakukan      melalui
penggunaan     data     secara     bersama      dan      terintegrasi secara daring.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 45
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
a.perizinan   penggunaan   TKA   yang   sudah   terbit masih tetap berlaku sampai dengan habis masa berlakunya;dan
b.perizinan  penggunaan  TKA  yang  sedang  dalam proses     permohonan      disesuaikan     dengan  ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

BAB XI
KETENTUAN  PENUTUP

Pasal 46
Pada  saat  Peraturan  Pemerintah  ini  mulai  berlaku, Peraturan  Presiden  Nomor  20  Tahun  2018  tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 39),dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 47
Pada  saat  Peraturan  Pemerintah  ini  mulai  berlaku, Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang mengatur   mengenai   retribusi   yang   berasal   dari perpanjangan    izin    mempekerjakan    TKA    wajib menyesuaikan   dengan   ketentuan   dalam   Peraturan Pemerintah ini paling lambat 3 (tiga)bulan terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini berlaku.

Pasal 48
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
1 April 2021.

Agar   setiap   orang   mengetahuinya,memerintahkan pengundangan   Peraturan   Pemerintah   ini   dengan penempatannya  dalam  Lembaran  Negara   Republik Indonesia.

Ditetapkan    di    Jakarta
pada tanggal 2 Februari 2021
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.

JOKO  WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 Februari 2021
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.

YASONNA H.LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 44

Salinan   sesuai   dengan   aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
DeputiBidang Perundang-undangan dan
tszinistrasi  Hukum.

SK No 086151 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR  34  TAHUN  2021
TENTANG
PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

I.  UMUM
Sejalan dengan upaya meningkatkan pembangunannasional, investasi merupakan salah satu strategi utama guna mendorong pertumbuhan   ekonomi   nasional   agar   mampu   menciptakan perluasan kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia.Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan sebagaitujuan pembangunan.Setiapkegiatan pembangunan hendaknya dilakukan oleh tenagakerja Indonesia melalui   pengisian   jabatan-jabatan   yang    diperlukan   dalam pelaksanaan    pembangunan.Sebagai     tujuan    pembangunan, diperlukan peran pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan peran  serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional  sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan.Oleh karena itu,apabila investasi memerlukan penggunaan TKA maka penggunaan TKA diarahkan  untuk  mempercepat  proses  pembangunan  nasional melalui alih teknologi dan alih keahlian dari TKA kepadaTenaga KerjaPendamping TKA.
Peraturan   Pemerintah   ini   diperlukan   guna   mendorong percepatan pembangunannasional melalui penggunaan TKA secara  selektif dengan persyaratan dan pembatasan TKA yang akan  dipekerjakan  melalui  penetapan  jabatan   tertentu  dan  waktu  tertentu yang dapat diduduki oleh TKA.
Penggunaan TKA dilaksanakanmelalui Pengesahan RPTKA yang bersifatwajib.Adapunkewajiban Pemberi Kerja TKA dalam mempekerjakan TKA antara lain menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai Tenaga Kerja Pendamping TKA yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari TKA, melaksanakan pendidikan dan pelatihankerjabagi TenagaKerja
Pendamping TKA sesuai dengan kualifikasijabatan yang diduduki oleh TKA,memfasilitasipendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia kepada TKA,dan memulangkan TKA ke negara asalnya setelah perjanjiankerjanyaberakhir.
Pembinaan dan pengawasan penggunaan TKA dilakukan oleh Pemerintah  Pusat  dan  Pemerintah  Daerah  guna  mewujudkan terciptanya  iklim  investasi  yang  kondusif  untuk  menciptakan kesempatan kerja yang seluas-luasnya bagi tenaga kerja Indonesia dan penegakan hukum serta sanksi administratif kepada Pemberi Kerja TKA terhadappelanggaran norma penggunaan TKA.
Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai kewajiban dan larangan    Pemberi    Kerja    TKA,permohonan,perpanjangan,dan perubahan Pengesahan RPTKA,pengaturan DKPTKA,penerbitan izin tinggalbagi TKA,pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kerja bagi  Tenaga  Kerja Pendamping  TKA,pendidikan  dan pelatihan bahasa       Indonesia        bagi        TKA,pelaporan,pembinaan,dan pengawasan  serta  sanksi  administratif  atas  pelanggaran  norma penggunaan TKA.

II.PASAL     DEMI     PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Ayat (1)

Huruf a
Yang    dimaksud    dengan    “badan    internasional”
termasuk organisasi internasional.

Hurufb
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g
Yang   dimaksud    dengan“badan   usaha    sepanjang diperbolehkan undang-undang untuk menggunakan  TKA”antara lain kantor advokat dan kantor akuntan publik yang diatur sesuai dengan undang-undang.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 4
Ayat (1)
Yang   dimaksud    dengan“jabatan   tertentu”antara    lain jabatan    pada     level     komisaris,direksi,manajerial,dan
profesional.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan“identitas Pemberi Kerja TKA” antara     lain    nama,      alamat,     nomor     telepon,  sektor/bidangusaha Pemberi Kerja TKA.
Hurufb
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruff
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf  h
Cukup   jelas.

Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Hurufb
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan“perjanjian lain”antara lain perjanjian      pemborongan,      surat       penunjukan penugasan dari kantor pusat,dan memorandum of
understanding.
Huruff
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukupjelas.
Huruf i
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 13
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan“penilaian kelayakan permohonan Pengesahan RPTKA”adalahhakujiterhadappermohonan Pengesahan RPTKA dengan berpedoman pada kondisi pasar  kerja  ekonomi  nasional  secara  selektif  dengan persyaratan dan pembatasan TKA yang akan dipekerjakan melalui penetapan jabatan tertentu dan waktu tertentu yang dapat diduduki oleh TKA serta potensi penyerapan tenagakerja.

Ayat (2)
Cukupjelas.

Pasal 14
Ayat(1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan“identitas TKA”antara lain nama,tempat   dan   tanggal   lahir,jenis   kelamin, pendidikan,status    perkawinan,kebangsaan,nomor paspor,serta tanggal dan tempat penerbitan paspor.
Hurufb
Cukup  jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup  jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 15
Ayat(1)
Cukup  jelas.

Ayat (2)
Cukup  jelas.

Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Hurufb
Cukup jelas.
Huruf c
Yang   dimaksud   dengan   “surat   persetujuan   dari  instansi     yang     berwenang”antara      lain      surat persetujuan    penugasan    dari    kementerian    yang menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  di  bidang  hubungan    luar    negeri    dan    kementerian    yang  menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  di  bidang  kesekretariatan negara.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukupjelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat(1)
Yang  dimaksud  dengan“pekerjaan  bersifat   sementara” antara lain:
a.pembuatan   film  yang  bersifat  komersial   dan  telah mendapat izin dari instansi yang berwenang;
b.melakukan  audit,kendali  mutu  produksi,atau  inspeksi pada  cabang  perusahaan  di  Indonesia  untuk jangka waktu   lebih   dari    1   (satu)bulan;
c.pekerjaan   yang   berhubungan    dengan    pemasangan mesin,elektrikal,layanan    purna     jual,atau    produk dalam masa penjajakan usaha;
d.usaha   jasa    impresariat;atau
e.pekerjaan  yang  sekali  selesai  atau  pekerjaan  kurang
dari6   (enam)bulan.

Ayat (2)
Cukup   jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Ayat (1)
Huruf a
Yang   dimaksud   dengan   “peraturan   perundang- undangan”    adalah     peraturan     yang     mengatur mengenai fasilitas penanaman modal.
Hurufb
Cukup jelas.
Huruf c
Yang  dimaksud  dengan  “produksi  yang  terhenti karena keadaan darurat”adalah keadaan yang tidak terencana yang memerlukan penanggulangan segera disebabkan   antara    lain   bencana    alam,kerusakan mesin  utama,huru  hara/unjuk  rasa/kerusuhan  yang perlu segera ditangani untuk menghindari kerugian fatal bagi perusahaan dan/atau masyarakat umum.
Yang  dimaksud  dengan“vokasi”adalah  pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi.
Yang dimaksud dengan“perusahaan rintisan (start-up) berbasis teknologi”adalah perusahaan yang berbasis teknologi  dan  memiliki  modal  tertentu  antara  lain
digital fintech dantech start-up.
Yang dimaksud dengan“kunjungan bisnis”antara lain melakukan pembicaraan bisnis,memberikan ceramah atau     mengikuti      seminar,mengikuti      pameran internasional,mengikuti rapat yang diadakan dengan kantor pusat atau perwakilan di Indonesia.
Yang  dimaksud  dengan“penelitian”adalah  kegiatan yang dilakukan dalam rangka penelitian ilmiah.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukupjelas.

Ayat (6)
Cukup jelas

Ayat (7)
Cukupjelas.

Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 20
Yang dimaksud dengan“produksi yang terhenti karena keadaan darurat”adalah     keadaan     yang     tidak     terencana     yang memerlukan  penanggulangan  segera  disebabkan  antara  lain bencana    alam,kerusakan    mesin    utama,huru    hara/unjuk rasa/kerusuhan     yang     perlu      segera     ditangani     untuk menghindari    kerugian    fatal    bagi    perusahaan     dan/atau masyarakat umum.
Yang    dimaksud   dengan    “kunjungan   bisnis”antara   lain melakukan  pembicaraan  bisnis,memberikan   ceramah   atau mengikuti      seminar,mengikuti       pameran      internasional, mengikuti  rapat  yang   diadakan  dengan  kantor  pusat   atau perwakilan di Indonesia.
Yang   dimaksud    dengan“penelitian”adalah   kegiatan   yang dilakukan dalam rangka penelitian ilmiah.

Pasal 21
Cukup  jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Ayat(1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas

Ayat (6)
Yang dimaksud dengan“peraturan perundang-undangan” adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur  mengenai jenis dan tarif penerimaan negara bukanpajak yang berlakupada kementerian yang menyelenggarakan  urusan pemerintahan dibidang ketenagakerjaan.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup  jelas.

Pasal 27
Cukup  jelas.

Pasal 28
Cukupjelas.

Pasal  29
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan“peraturan perundang-undangan” adalah  peraturan  perundang-undangan  yang  mengatur mengenai  sistem  pelatihan  kerja  nasional  dan  sistem  pendidikan nasional.

Pasal 30
Cukup jelas.

Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Cukup jelas.

Pasal 38
Cukupjelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal  40
Cukup jelas

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Cukup jelas.

Pasal 44
Yang dimaksud dengan“terintegrasi secara daring”antara lain integrasi dengan sistem keimigrasian,sistem kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan, badan  penyelenggara  jaminan   sosial,dan   sistem  perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.

Pasal 45
Cukup  jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47
Cukup  jelas.

Pasal 48
Cukup  jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6646
SK No 086148 A

回复

使用道具 举报

Copyright © 2001-2013 Comsenz Inc. Powered by Discuz! X3.4 京公网安备 11010802035448号 ( 京ICP备19053597号-1,电话18600416813,邮箱1479971814@qq.com ) 了解Tax100创始人胡万军 优化与建议 隐私政策
快速回复 返回列表 返回顶部