繁星追梦 发表于 2024-12-2 14:32:41

印度尼西亚 2021年第36号政府令《工资支付规定》

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR36TAHUN2021
TENTANG
PENGUPAHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:bahwauntukmelaksanakanketentuanPasal81dan Pasal   185   huruf   b   Undang-Undang   Nomor    11 Tahun2020tentangCiptaKerja,perlumenetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengupahan;

Mengingat    :
1.Pasal    5   ayat    (2)Undang-Undang   Dasar   Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2.Undang-UndangNomor   13Tahun2003tentang Ketenagakerjaan   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia   Tahun   2003   Nomor    39,Tambahan
Lembaran                        Negara          Republik         Indonesia
Nomor4279);
3.Undang-UndangNomor   11Tahun2020tentang CiptaKerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2020Nomor245,TambahanLembaranNegara Republik IndonesiaNomor 6573);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan:PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGUPAHAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam   Peraturan   Pemerintah   ini   yang   dimaksud dengan:
1.Upah adalah hak Pekerja/Buruh yang diterima dan dinyatakandalambentukuangsebagaiimbalan dari   Pengusaha    atau   pemberi   kerja   kepada Pekerja/Buruhyangditetapkandandibayarkan menurutsuatuPerjanjianKerja,kesepakatan,atau peraturan      perundang-undangan,      termasuk tunjanganbagiPekerja/Buruhdankeluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
2.Pekerja/Buruhadalahsetiaporangyangbekerja dengan menerima Upah atau imbalan dalambentuk lain.
3.Pengusaha    adalah:
a.orang   perseorangan,persekutuan,atau      badan hukumyangmenjalankan   suatuPerusahaan milik sendiri;
b.orang   perseorangan,persekutuan,atau   badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan Perusahaan bukan miliknya;
c.orang   perseorangan,persekutuan,atau   badanhukumyangberadadiIndonesiamewakili Perusahaan    sebagaimana    dimaksud    dalam hurufa   danbyangberkedudukandiluar
wilayah Indonesia. 4.Perusahaan    adalah:
a.setiap   bentuk   usaha   yang   berbadan   hukum atau   tidak,milik   orang   perseorangan,milik persekutuan,atau   milik   badan   hukum,baik milik   swasta   maupun   milik   negara   yang mempekerjakan       Pekerja/Buruh      dengan membayar Upahatauimbalandalambentuk lain;
b.usaha-usahasosialdanusaha-usahalainyang mempunyai   pengurus   dan   memperkerjakan orang   lain   dengan   membayar   Upah    atau imbalan dalam bentuk lain.
5.Perjanjian       Kerja      adalah    perjanjian   antaraPekerja/BuruhdenganPengusahaataupemberi kerjayangmemuatsyarat-syaratkerja,hak,dan kewajiban para pihak.
6.Peraturan    Perusahaan   adalah    peraturan   yang dibuat secara tertulis oleh Pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib Perusahaan.
7.PerjanjianKerjaBersamaadalahperjanjianyang merupakan   hasil   perundingan   antara    Serikat Pekerja/Serikat   Buruh   atau   beberapa   Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan Pengusaha,atau beberapa Pengusaha atau perkumpulanPengusahayangmemuat   syarat- syarat kerja,hak,dan kewajiban kedua belah pihak.
8.Hubungan       Kerja    adalah   hubungan      antaraPengusaha   dengan    Pekerja/Buruh   berdasarkan PerjanjianKerja,yang mempunyai unsur pekerjaan, Upah,danperintah.
9.PemutusanHubunganKerjaadalahpengakhiran HubunganKerjakarenasuatuhaltertentuyang mengakibatkanberakhirnyahakdankewajibanantara Pekerja/Buruh dan Pengusaha.
10.SerikatPekerja/SerikatBuruhadalahorganisasi yang dibentuk dari,oleh,dan untuk Pekerja/Buruh baikdiPerusahaanmaupundiluarPerusahaan, yang   bersifat   bebas,terbuka,mandiri,demokratis, danbertanggungjawab   gunamemperjuangkan, membelasertamelindungihakdankepentingan Pekerja/Buruhsertameningkatkankesejahteraan Pekerja/Buruh dan keluarganya.
11.Pemerintah    Pusat    adalah    Presiden    Republik Indonesia      yang      memegang      kekuasaan pemerintahannegaraRepublikIndonesiayang dibantu      oleh         Wakil      Presiden         dan      menteri sebagaimana   dimaksud   dalam   Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
12.Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,tanggung jawab,wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk   melaksanakan      kegiatan      pembinaan, pemeriksaan,   pengujian,       penyidikan,      dan pengembangan            sistem                  pengawasan ketenagakerjaan      sesuai      dengan          ketentuanperaturanperundang-undangan.
13.Menteriadalahmenteriyangmenyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.

Pasal 2
(1)SetiapPekerja/Buruhberhak   ataspenghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(2)SetiapPekerja/Buruhberhakmemperoleh perlakuanyangsamadalampenerapan   sistem pengupahan tanpa diskriminasi.
(3)SetiapPekerja/Buruhberhak   memperolehUpah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya.

Pasal 3
Hak Pekerja/Buruh atas Upah timbul pada saat terjadi Hubungan    Kerja   antara    Pekerja/Buruh   dengan Pengusaha    dan    berakhir    pada   saat   putusnya HubunganKerja.


BABII
KEBIJAKAN    PENGUPAHAN
Pasal 4
(1)Pemerintah      Pusat      menetapkan      kebijakan pengupahan      sebagai       salah   satu       upaya    mewujudkan       hak       Pekerja/Buruh      atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(2)Kebijakanpengupahansebagaimanadimaksud pada    ayat    (1)merupakan    program    strategis nasional.
(3)Pemerintah       Daerah      dalam    melaksanakankebijakanpengupahanwajibberpedomanpada kebijakan Pemerintah Pusat.


Pasal 5
(1)Kebijakanpengupahanditetapkansebagaisalah satu upaya mewujudkan hak Pekerja/Buruh atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(2)Kebijakanpengupahansebagaimanadimaksud
pada ayat(1)meliputi:
a.Upah    minimum;
b.strukturdanskalaUpah;
c.Upahkerjalembur;
d.Upah   tidak   masuk   kerja   dan/atau   tidak melakukan pekerjaan karena alasan tertentu;
e.bentukdancarapembayaranUpah;
f.hal-hal   yang   dapat   diperhitungkan   dengan Upah;dan
g.Upah   sebagai   dasar   perhitungan   atau
pembayaran hak dan kewajiban lainnya.

Pasal 6
(1)Kebijakan      pengupahan   ditujukan   untukpencapaian   penghasilan   yang   memenuhi penghidupan yang layak bagikemanusiaan.
(2)Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dalambentuk:
a.Upah;dan
b.pendapatan    non-Upah.

Pasal 7
(1)Upah terdiri atas komponen:
a.Upah   tanpa   tunjangan;
b.Upah pokok dan tunjangan tetap;
C.       Upah pokok,tunjangan tetap,dan tunjangan tidak tetap;atau
d.·Upah pokok dan tunjangan tidak tetap.
(2)DalamhalkomponenUpahterdiriatasUpah pokok    dan    tunjangan    tetap    sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b,besarnya Upah pokok paling sedikit 75%.(tujuh puluh lima persen) dari jumlahUpah pokok dan tunjangantetap.
(3)DalamhalkomponenUpahterdiriatasUpah pokok,tunjangan    tetap,dan    tunjangan    tidak    tetap sebagaimanadimaksudpadaayat(1)hurufc, besarnya Upah pokok paling sedikit 75%(tujuh puluh lima persen)dari jumlah Upah pokok dan tunjangan    tetap.
(4)KomponenUpahsebagaimanadimaksudpada ayat (1)yang akan digunakan ditetapkan dalam Perjanjian    Kerja,Peraturan    Perusahaan,atau Perjanjian   Kerja   Bersama.
(5)Persentase besaran Upahpokok dalam komponen Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dan ayat(3)untuk jabatanatau pekerjaan tertentu, dapatdiaturdalamPerjanjianKerja,Peraturan Perusahaan,atau PerjanjianKerja Bersama.

Pasal 8
(1)Pendapatan non-Upah berupa tunjangan hari raya keagamaan.
(2)Selain      tunjangan      hari    raya   keagamaan sebagaimana    dimaksud    pada    ayat    (1),Pengusaha dapat   memberikan    pendapatan   non-Upah    berupa:
a.insentif;
b.bonus;
c.uang   pengganti   fasilitas   kerja;dan/atau
d.uangservispadausahatertentu.

Pasal 9
(1)Tunjangan hari rayakeagamaanwajibdiberikan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh.
(2)Tunjangan hariraya keagamaan wajib dibayarkan paling   lama   7(tujuh)hari   sebelum   hari   raya keagamaan.
(3)Ketentuanlebihlanjutmengenaitunjanganhari rayakeagamaandantatacarapembayarannya diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 10
(1)InsentifdapatdiberikanolehPengusahakepada Pekerja/Buruh   dalam   jabatan   atau   pekerjaan tertentu.
(2)Insentif ditetapkansesuaikebijakanPerusahaan.

Pasal 11
(1)BonusdapatdiberikanolehPengusahakepada Pekerja/Buruh atas keuntungan Perusahaan.
(2) Bonus untuk Pekerja/Buruh diatur dalam Perjanjian   Kerja,Peraturan   Perusahaan,atau Perjanjian    Kerja    Bersama.

Pasal12
(1)Perusahaan   dapat   menyediakan   fasilitas   kerja bagi:
a.Pekerja/Buruhdalam jabatanataupekerjaan tertentu;atau
b.seluruh   Pekerja/Buruh.
(2)   DalamhalfasilitaskerjabagiPekerja/Buruhtidak tersedia   atau   tidak   mencukupi,Perusahaan   dapat memberikan   uang   pengganti      fasilitas   kerjasebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   8   ayat   (2) huruf c.
(3)Penyediaan fasilitas kerja sebagaimana dimaksud padaayat(1)danpemberianuangpengganti fasilitas   kerja   sebagaimana   dimaksud   pada ayat   (2)diatur    dalam   Perjanjian    Kerja,Peraturan Perusahaan,atau   Perjanjian   Kerja   Bersama.

Pasal13
(1)Uang servispada usaha tertentu dikumpulkan dan dikelola oleh Perusahaan.
(2)Uang servis pada usaha tertentu wajib dibagikan kepadaPekerja/Buruhsetelahdikurangibiaya cadangan   terhadap   risiko   kehilangan   atau kerusakan   dan   pendayagunaan    peningkatan kualitas sumber daya manusia.
(3)Ketentuan    mengenai    uang    servis    pada   usaha tertentudiaturdenganPeraturanMenteri.

BAB III
UPAH BERDASARKAN SATUAN WAKTU DAN/ATAU SATUAN HASIL
Pasal 14
Upahditetapkan berdasarkan: a.satuan      waktu;dan/ataub.satuan   hasil.

Pasal15
Upah   berdasarkan   satuan   waktu   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 hurufa ditetapkan secara:
a.per    jam;
b.   harian;atau c.    bulanan.

Pasal16
(1)Penetapan    Upah    per    jam    hanya   dapat diperuntukkanbagiPekerja/Buruh yang bekerja secara paruhwaktu.
(2)Upah   per jamdibayarkan berdasarkan kesepakatan         antara      Pengusaha       danPekerja/Buruh.
(3)Kesepakatan    sebagaimana   dimaksud    pada ayat(2)tidakbolehlebihrendahdarihasil perhitunganformula Upah per jam.
(4)Formula    perhitungan    Upah    per    jam   sebagai berikut:
(5)Angka    penyebut    dalam    formula    perhitungan    Upah perjamdapatdilakukanpeninjauanapabila terjadi      perubahan            median       jam      kerja   Pekerja/Buruhparuh waktu secara signifikan.
(6)Peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dan ditetapkan hasilnya oleh Menteri denganmempertimbangkanhasilkajianyang dilaksanakan oleh dewan pengupahannasional.

Pasal 17
Dalam hal Upah ditetapkan secara harian,perhitungan Upah sehari sebagai berikut:
a.bagi   Perusahaan    dengan   sistem    waktu   kerja 6 (enam)hari dalam seminggu,Upah sebulan dibagi 25 (duapuluh lima);atau
b.bagi   Perusahaan   dengan   sistem   waktu   kerja 5(lima)hari dalam seminggu,Upah sebulan dibagi 21 (duapuluh satu).

Pasal 18
(1)Upah   berdasarkan   satuan   hasil   sebagaimana dimaksuddalamPasal14huruf bditetapkan sesuai   dengan   hasil   pekerjaan   yang   telah disepakati.
(2)Penetapan       besarnya      Upah      sebagaimana dimaksud pada ayat(1)dilakukan oleh Pengusaha berdasarkan       hasil   kesepakatan       antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha.

Pasal 19
PenetapanUpahsebulanberdasarkansatuanhasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf buntuk pemenuhan    pelaksanaan      ketentuan    peraturanperundang-undangan,ditetapkanberdasarkanUpah rata-rata12(dua belas)bulan terakhir yang diterima oleh Pekerja/Buruh.

BAB IV
STRUKTUR DAN SKALA UPAH
Pasal 20
(1)PenetapanbesarnyaUpahberdasarkansatuan waktusebagaimanadimaksud dalam Pasal14 hurufadilakukandenganberpedomanpada struktur dan skala Upah.
(2)DalamhalUpah   diperusahaanmenggunakan komponenUpahtanpatunjangan,strukturdan skala Upah menjadi pedoman dalam penetapan besaran Upahtanpatunjangan.
(3)Dalam   hal   Upah   di   perusahaan   terdiri   atas komponen Upah pokok dan tunjangan,struktur dan   skala   Upah    menjadi   pedoman    dalam penetapan besaran Upahpokok.

Pasal 21
(1)Pengusahawajibmenyusun   danmenerapkan struktur dan skala Upah di Perusahaan dengan memperhatikankemampuanPerusahaandan produktivitas.
(2)Struktur dan skala Upah sebagaimana dimaksud pada ayat(1)wajib diberitahukan kepada seluruh Pekerja/Buruh secara perorangan.
(2)Struktur   dan   skala   Upah   yang   diberitahukan sekurang-kurangnyastrukturdanskalaUpah padagolongan jabatansesuaidengan jabatan Pekerja/Buruh yang bersangkutan.

Pasal 22
(1)Struktur dan skala Upah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)harus dilampirkan oleh Perusahaan pada saat mengajukan permohonan: a.pengesahan   dan   pembaruan   Peraturan
Perusahaan;atau
b.pendaftaran,perpanjangan,dan      pembaruan
PerjanjianKerja Bersama.
(2)Struktur   dan   skala   Upah   yang   dilampirkan sebagaimana   dimaksud      pada      ayat   (1) diperlihatkan kepada pejabat yang berwenang pada   kementerian   yang   menyelenggarakan   urusanpemerintahan    di   bidang   ketenagakerjaandan/atau dinas yang menyelenggarakan urusanpemerintahan dibidang ketenagakerjaan.
(3)Setelah   dokumen   struktur   dan   skala   Upah diperlihatkan,      pejabat      yang      berwenang sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)harusmengembalikandokumenstrukturdanskalaUpah kepada pihak Perusahaan padasaatitujuga.
(4)SelainmelampirkanstrukturdanskalaUpah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),pimpinan Perusahaan melampirkan surat pernyataan telah ditetapkannya         struktur      dan          skala   Upah   di Perusahaan
(5)Suratpernyataan   sebagaimanadimaksudpada ayat(4)didokumentasikanolehpejabatyang berwenang                  pada         kementerian         yangmenyelenggarakan             urusan      pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan/atau dinas yang menyelenggarakan   urusan   pemerintahan   di bidang   ketenagakerjaan,sebagai   bukti   telah dilakukan penyusunan struktur dan skala Upah.
(6)Ketentuanlebihlanjutmengenaistrukturdan skala Upah diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB V
UPAH MINIMUM
Bagian    Kesatu Umum
Pasal 23
(1)Upah    minimum    merupakan    Upah    bulanan terendahyaitu:
a.Upah   tanpa   tunjangan;atau
b.Upah    pokok    dan    tunjangan    tetap.
(2)Dalam hal komponen Upah di Perusahaan terdiri atas Upah pokok dan tunjangan tidak tetap,Upah pokok paling sedikit sebesar Upah minimum.
(3)Pengusaha dilarang membayar Upah lebih rendah dari Upah minimum.

Pasal 24
(1)Upah   minimum   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal23ayat(1)berlakubagiPekerja/Buruh denganmasakerjakurangdari   1(satu)tahunpada Perusahaan yang bersangkutan.
(2)Upah   bagi   Pekerja/Buruh   dengan   masa   kerja 1   (satu)tahun   atau   lebih   berpedoman   padastruktur dan skala Upah.

Pasal 25
(1)Upahminimumterdiriatas:
a.Upah   minimum   provinsi;
b.Upah   minimum      kabupaten/kota   dengan
syarat tertentu.
(2)Upah   minimum   sebagaimana   dimaksud   pada ayat (1)ditetapkan berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan.
(3)Syarat    tertentu    sebagaimana    dimaksud    pada ayat(1)huruf bmeliputi pertumbuhanekonomi daerahatauinflasipadakabupaten/kotayang bersangkutan.
(4)Kondisi          ekonomi         dan          ketenagakerjaan   sebagaimana    dimaksud    pada    ayat    (2)meliputi variabel:
a.paritas   daya   beli;
b.tingkat    penyerapan   tenaga    kerja;dan
c.median   Upah.
(5)Datapertumbuhanekonomi,inflasi,paritasdaya beli,tingkat penyerapan tenagakerja,dan median Upah bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang statistik.

Pasal 26
(1)Penyesuaian   nilai   Upah   minimum   dilakukan setiap tahun.
(2)Penyesuaian nilai Upah minimum ditetapkan pada rentang nilai tertentu di antara batas atas danbatas bawah Upah minimum pada wilayah yang bersangkutan.
(3)Batas      atas      Upah    minimum   sebagaimana dimaksud pada ayat (2)merupakan acuan nilai Upah minimum tertinggi yang dapat ditetapkan dandihitungmenggunakanformulasebagai berikut:
(4)Batas       bawah       Upah       minimum      sebagaimana dimaksud    pada   ayat   (2)merupakan   acuan    nilai Upah    minimum    terendah    yang    dapat    ditetapkan dan      dihitung      menggunakan       formula      sebagai berikut:
Batas   bawah    UM(t)=Batas   atas   UM(t×50%
(5)Nilai       Upah       minimum       tertentu       sebagaimana dimaksud      pada      ayat      (2)dihitung      berdasarkan formula   penyesuaian   nilai   Upah   minimum    sebagai berikut:
(6)Rata-rata            konsumsi            per             kapita,rata-rata banyaknya   anggota   rumah   tangga,dan   rata-rata banyaknya    anggota    rumah    tangga    bekerja    pada setiap   rumah    tangga    sebagaimana    dimaksud   pada ayat   (3)menggunakan   data   di   wilayah   yang bersangkutan.
(7)Nilai   pertumbuhan      ekonomi      atau      inflasi   yang digunakan   dalam    formula   penyesuaian   nilai   Upah minimum    sebagaimana   dimaksud    pada    ayat    (5) merupakan      nilai      pertumbuhan      ekonomi       atau inflasi   tingkat   provinsi.
(8)Datasebagaimanadimaksudpadaayat(6)dan ayat (7)bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang statistik.
BagianKedua
UpahMinimumProvinsi

Pasal 27
(1)GubernurwajibmenetapkanUpahminimum provinsi   setiap   tahun.
(2)Penyesuaian   nilai   Upah   minimum   provinsi dilakukansesuaidengantahapanperhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26.
(3)   Nilai penyesuaian Upah minimum provinsi yang ditetapkan harus berdasarkan hasil perhitungan penyesuaian nilai Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4)   Dalam hal Upah minimum provinsitahun berjalan lebihtinggi   daribatas   atasUpahminimum provinsi maka gubernur wajib menetapkanUpah minimum provinsitahun berikutnya sama dengan nilai Upah minimum provinsitahun berjalan.

Pasal 28
(1)PerhitunganpenyesuaiannilaiUpahminimum provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat   (2)dilakukan   oleh   dewan   pengupahan provinsi
(2)Hasil   perhitungan   penyesuaian   nilai   Upah minimumprovinsisebagaimanadimaksudpadaayat(1)       direkomendasikan    kepada   gubernur melalui   dinas   yang   menyelenggarakan   urusanpemerintahandi bidang ketenagakerjaan provinsi.

Pasal29
(1)Upah   minimum   provinsi   ditetapkan   dengan Keputusan    Gubernur   dan    diumumkan   paling lambat tanggal 21 November tahun berjalan.
(2)   Dalamhaltanggal21 November jatuh pada hari Minggu,hariliburnasional,atauhariliburresmi,Upah   minimum   provinsi      ditetapkan      dan diumumkanolehgubernur   1(satu)harisebelum hariMinggu,hariliburnasional,atauharilibur resmi.
(3)   Upahminimumprovinsisebagaimanadimaksud padaayat(1)danayat(2)berlakuterhitungmulai tanggal1Januaritahun berikutnya.
(4)Pelaksanaan    ketentuan   sebagaimana    dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2)tidak boleh bertentangan dengan   kebijakan   pengupahan   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
Bagian Ketiga
Upah Minimum Kabupaten/Kota

Pasal 30
(1)Gubernur    dapat    menetapkan   Upah    minimum kabupaten/kotadengansyarattertentu.
(2)Syarat   tertentu   sebagaimana   dimaksud   pada ayat(1)yaitu:
a.rata-rata             pertumbuhan            ckonomi kabupaten/kotayangbersangkutan   selama 3 (tiga)tahun terakhir dari data yang tersedia pada    periode   yang    sama,lebih    tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi;atau
b.nilai pertumbuhan ekonomi dikurangi inflasi kabupaten/kotayangbersangkutanselama 3 (tiga)tahun terakhir dari data yang tersedia padaperiodeyangsama,selalupositif,dan lebih tinggi dari nilai provinsi.

Pasal 31
(1)Upah   minimum   kabupaten/kota   ditetapkan setelah penetapan Upah minimum provinsi.
(2)Upah   minimum      kabupaten/kota   sebagaimana
dimaksudpadaayat(1)haruslebihtinggidari Upah minimum provinsi.

Pasal 32
(1)PenetapanUpahminimumbagikabupaten/kota
yang             belum   memiliki                Upah             minimum
kabupaten/kota,          menggunakan          formula perhitunganUpah   minimum   dengan   tahapan perhitungan sebagai berikut:
a.menghitungnilairelatif   Upah       minimum kabupaten/kota   terhadap   Upah   minimum provinsi berdasarkan rasio paritas daya beli (purchasing power parity),dengan formula sebagai berikut:
b.menghitungnilairelatif      Upah      minimum kabupaten/kota   terhadap   Upah   minimum provinsiberdasarkan rasio tingkat penyerapan tenagakerja,dengan formula sebagai berikut:
c.menghitung    nilai    relatif   Upah    minimum kabupaten/kota   terhadap   Upah   minimum provinsi   berdasarkan   rasio   median   Upah, dengan formula sebagai berikut:
d.menghitung      rata-rata       nilai      relatif      UMK sebagaimana   dimaksudpadahurufa,hurufb, danhurufc,denganformulasebagaiberikut:
(2)Variabelparitasdayabeli,tingkatpenyerapan tenagakerja,danmedianUpahsebagaimana dimaksud pada ayat(1)masing-masing dihitung berdasarkan nilairata-rata 3 (tiga)tahun terakhir dari data yang tersedia pada periode yang sama.
(2)Dalam   hal   syarat   tertentu   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)tidak terpenuhi maka gubernur tidak dapat menetapkan Upah minimumbagikabupaten/kotayangbelum memiliki Upah minimum kabupaten/kota.

Pasal 33
(1)Perhitungan            nilai         Upah         minimum kabupaten/kota   dilakukanoleh   dewan pengupahan      kabupaten/kota.
(2)Hasil            perhitungan         Upah         minimum kabupaten/kota   sebagaimana   dimaksud    pada ayat (1)disampaikan kepada bupati/wali kota untuk   direkomendasikan    kepada   gubernur melalui dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan    di    bidang    ketenagakerjaan provinsi
(3)DalamhalhasilperhitunganUpahminimum kabupaten/kotalebih rendahdari nilai Upahminimum provinsi makabupati/wali kota tidakdapat merekomendasikan nilai Upah minimumkabupaten/kotakepada gubernur.

Pasal 34
(1)Penetapan Upah minimum bagi kabupaten/kota yang       telah      memiliki               Upah   minimum kabupaten/kota dilakukan dengan penyesuaian nilai Upah minimum.
(2)Penyesuaian            nilai         Upah         minimum kabupaten/kota    dilakukan    sesuai    tahapanperhitungan    sebagaimana   dimaksud   dalamPasal 26.
(3)Pertumbuhan   ekonomi   atau   inflasi   yang digunakan dalam formula penyesuaian nilai Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5)merupakan nilai pertumbuhan ekonomi atau inflasitingkat provinsi.
(4)PerhitunganpenyesuaiannilaiUpahminimum kabupaten/kotasebagaimanadimaksudpada ayat   (2)dilakukan   oleh   dewan   pengupahan kabupaten/kota.
(5)Hasil    perhitungan    penyesuaian    nilai    Upah minimum      kabupaten/kota         sebagaimana dimaksudpadaayat(4)disampaikankepada bupati/wali kotauntuk direkomendasikan kepada gubernur melalui dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang ketenagakerjaan provinsi.
(6)Dalam hal Upah minimum kabupaten/kota tahun berjalanlebihtinggidaribatasatasUpah minimum kabupaten/kota makabupati/wali kota harus merekomendasikan kepada gubernur nilai Upah   minimum      kabupaten/kota      tahunberikutnya sama dengan nilai Upah minimum kabupaten/kota tahun berjalan.

Pasal 35
(1)Gubernur   meminta   saran   dan   pertimbangan dewan pengupahan provinsi dalam menetapkan Upah         minimum                   kabupaten/kota       yang direkomendasikan oleh bupati/wali kota.
(2)Upah    minimum    kabupaten/kota   ditetapkan denganKeputusanGubernurdandiumumkan paling   lambat   pada   tanggal   30   November   tahun berjalan.
(3)Dalam   hal   tanggal   30   November   jatuh   pada   hari Minggu,hari libur nasional,atau hari libur resmi, Upah minimum kabupaten/kota ditetapkan dan diumumkan oleh gubernur 1 (satu)hari sebelum hari Minggu,hari libur nasional,atau hari libur resmi.
(4)Upah   minimum    kabupaten/kota    sebagaimana dimaksudpadaayat(2)danayat(3)berlaku terhitung   mulai   tanggal    1    Januari    tahun berikutnya.
(5)Pelaksanaanketentuan   sebagaimana   dimaksud padaayat(1),ayat(2),danayat(3)tidak boleh bertentangan   dengan   kebijakan   pengupahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

BAB VI
UPAH TERENDAH PADA USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL
Pasal 36
(1)Ketentuan Upah minimum sebagaimana dimaksuddalam   Pasal    23   sampai   dengan    Pasal   35 dikecualikanbagi usaha mikro dan usaha kecil
(2)Upahpadausahamikrodanusahakecil ditetapkan   berdasarkan   kesepakatan    antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh di Perusahaan dengan ketentuan:
a.paling    sedikit   sebesar    50%(lima    puluh persen)dari rata-rata konsumsi masyarakat di tingkat provinsi;dan
b.nilai Upah yang disepakati paling sedikit 25% (dua   puluh   lima   persen)di   atas   garis kemiskinan ditingkat provinsi.
(3)Rata-rata   konsumsi   masyarakat    dan    garis kemiskinan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf adan huruf b menggunakandata yang bersumber   dari   lembaga   yang   berwenang di bidang statistik.

Pasal 37
Usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud dalamPasal36ayat(1)harusmemenuhikriteria tertentuyangditetapkansesuaidenganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 38
Usaha mikro dan usaha kecil yang dikecualikan dari ketentuan Upah minimum wajib mempertimbangkan faktor sebagai berikut:
a.mengandalkan   sumberdayatradisional;dan/atau
b.tidak bergerak pada usaha berteknologi tinggi dan tidak padat modal.

BAB VII
PELINDUNGAN UPAH
Bagian Kesatu
UpahKerja Lembur
Pasal 39
Upahkerja lembur wajib dibayar oleh Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh melebihi waktu kerja, padaistirahatmingguan,ataupadahariliburresmi sebagai   kompensasi    kepada   Pekerja/Buruh    yang bersangkutan   sesuai    dengan   ketentuan   peraturan perundang-undangan.
BagianKedua
UpahPekerja/Buruh Tidak Masuk Bekerja dan/atau Tidak Melakukan
Pekerjaan Karena Alasan Tertentu

Pasal40
(1)Upah tidak dibayar apabila Pekerja/Buruh tidak masuk    bekerja    dan/atau    tidak    melakukan pekerjaan.
(2)Ketentuansebagaimanadimaksudpadaayat(1) tidakberlakudanPengusahawajibmembayar Upah jika Pekerja/Buruh:
a.berhalangan;
b.melakukan                     kegiatan            lain          di          luar
pekerjaannya;
c.menjalankan   hak   waktu      istirahat   atau
cutinya;atau
d.bersedia   melakukan   pekerjaan   yang   telah dijanjikan      tetapi      Pengusaha      tidakmempekerjakannya      karena      kesalahan Pengusaha    sendiri    atau    kendala    yang seharusnya dapat dihindari Pengusaha.
(3)Alasan    Pekerja/Buruh    tidak   masuk    bekerja dan/atau   tidak   melakukan   pekerjaan   karena berhalangan sebagaimana dimaksudpada ayat (2)
huruf a meliputi:
a.Pekerja/Buruh    sakit    sehingga    tidak    dapat melakukan pekerjaan;
b.Pekerja/Buruh   perempuan   yang    sakit   pada hari   pertama   dan   kedua   masa   haidnya sehingga tidakdapat melakukan pekerjaan; atau
c.Pekerja/Buruhtidakmasukbekerjakarena: 1.menikah;
2.menikahkan    anaknya;
3.mengkhitankan    anaknya; 4.membaptiskan    anaknya;
5.istri      melahirkan   atau       keguguran
kandungan;
6.suami,istri,orang                tua,mertua,anak, dan/atau menantu meninggaldunia;atau
7.anggota    keluarga    selain    sebagaimana dimaksudpadaangka6yangtinggal dalam 1 (satu)rumah meninggal dunia.
(4)Alasan    Pekerja/Buruh   tidak    masuk    bekerja dan/atau   tidak    melakukan   pekerjaan   karena melakukankegiatanlaindiluarpekerjaannya sebagaimanadimaksudpada   ayat   (2)hurufb meliputi:
a.menjalankankewajibanterhadapnegara;
b.menjalankan                kewajiban          ibadah         yang
diperintahkan agamanya;
c.melaksanakan   tugas    Serikat   Pekerja/Serikat Buruh atas persetujuan Pengusaha dan dapat dibuktikandenganadanyapemberitahuan tertulis;atau
d.melaksanakan    tugas    pendidikan    dan/atau
pelatihan dari Perusahaan.
(4)Alasan    Pekerja/Buruh    tidak    masuk   bekerja dan/atau   tidak    melakukan   pekerjaan   karena menjalankanhakwaktu   istirahatataucutinya sebagaimana   dimaksudpada   ayat   (2)hurufc apabila Pekerja/Buruh melaksanakan:
a.hak   istirahat   mingguan;
b.cuti   tahunan;
c.istirahat   panjang;
d.istirahatsebelumdansesudahmelahirkan; atau
e.istirahat   karena      mengalami   keguguran
kandungan.

Pasal 41
(1)UpahyangdibayarkankepadaPekerja/Buruh yang   tidak   masuk    bekerja   dan/atau   tidak melakukan pekerjaan karena sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (3)huruf a sebagai berikut:
a.untuk4(empat)bulanpertama,dibayar   100% (seratus persen)dari Upah;
b.untuk   4   (empat)bulan   kedua,dibayar   75% (tujuh puluh lima persen)dari Upah;
c.untuk   4   (empat)bulan   ketiga,dibayar   50% (lima puluh persen)dari Upah;dan
d.untukbulan   selanjutnya   dibayar   25%(dua puluh   lima   persen)dari   Upah    sebelum Pemutusan HubunganKerja dilakukan oleh Pengusaha.
(2)UpahyangdibayarkankepadaPekerja/Buruh perempuan yang tidak masuk bekerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sebagaimana dimaksud   dalam   Pasal   40   ayat   (3)hurufb disesuaikan   dengan   jumlah    hari   menjalani    masa sakit haidnya,paling lama 2(dua)hari.
(3)UpahyangdibayarkankepadaPekerja/Buruh yang   tidak   masuk    bekerja   dan/atau   tidak melakukanpekerjaan'sebagaimanadimaksud dalam Pasal 40 ayat (3)huruf c sebagai berikut:
a.Pekerja/Buruh      menikah,dibayar      untuk
selama 3(tiga)hari;
b.menikahkananaknya,dibayaruntukselama 2 (dua)hari;
c.mengkhitankan       anaknya,dibayar       untuk
selama 2 (dua)hari;
d.membaptiskan       anaknya,dibayar       untuk
selama 2(dua)hari;
e.istrimelahirkanataukegugurankandungan, dibayar untuk selama 2(dua)hari;
f.suami,istri,orang                                    tua,mertua,anak, dan/atau menantu meninggal dunia,dibayar untukselama2(dua)hari;atau
g.anggota      keluarga      selain      sebagaimana dimaksud dalam huruff yang tinggal dalam 1      (satu)rumah       meninggal      dunia,dibayar untuk selama1(satu)hari.

Pasal 42
(1)Pekerja/Buruh   yang   menjalankan   kewajiban terhadap negara sebagaimana dimaksud dalamPasal 40 ayat (4)huruf a tidak melebihi 1 (satu)tahundanpenghasilanyangdiberikanolehnegara   kurang dari besarnya Upah yang biasa diterimaPekerja/Buruh,Pengusaha   wajib   membayarkekurangannya.
(2)Pekerja/Buruh...
SK No 081869 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
—31—
(2)Pekerja/Buruh   yang   menjalankan   kewajiban terhadap negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (4)huruf a tidak melebihi 1 (satu) tahun dan penghasilan yang diberikan oleh negara samaataulebihbesardariUpahyangbiasa diterima Pekerja/Buruh,Pengusaha tidak wajib membayar
(3)Pekerja/Buruh   yang   menjalankan   kewajiban terhadapnegarasebagaimanadimaksudpada ayat (1)dan ayat (2)wajib memberitahukan secara tertulis kepada Pengusaha.

Pasal 43
Pengusaha    wajib    membayar    Upah    kepada Pekerja/Buruh yang tidak masuk bekerja atau tidak melakukan    pekerjaannya    karena    menjalankan kewajibanibadahyangdiperintahkanagamanya sebagaimanadimaksuddalamPasal40ayat(4) huruf    b,sebesar    Upah    yang    diterima    oleh Pekerja/Buruh   dengan   ketentuan   hanya   sekali selama Pekerja/Buruh bekerja di Perusahaan yang bersangkutan.

Pasal 44
Pengusaha    wajib    membayar    Upah    kepada Pekerja/Buruh yang tidak masuk bekerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena melaksanakan tugasSerikatPekerja/Serikat Buruhsebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (4)huruf c,sebesar Upah yang biasa diterima oleh Pekerja/Buruh.

Pasal45
Pengusaha   wajib      membayar   Upah    kepada Pekerja/Buruh yang tidak masuk bekerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena melaksanakan tugas   pendidikan   dan/atau   pelatihan   dari Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (4)huruf d,sebesar Upah yang biasa diterima oleh Pekerja/Buruh.


Pasal 46
Pengusaha   wajib   membayar   Upah   kepada Pekerja/Buruh yang tidak masuk bekerjadan/atau tidak melakukan pekerjaan karena menjalankan hak waktu istirahat atau cutinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (5),sebesar Upah yang biasa diterima oleh Pekerja/Buruh.


Pasal47
Pelaksanaan   ketentuan    sebagaimana    dimaksud dalam Pasal 40 sampaidengan Pasal 46 diatur dalam Perjanjian       Kerja,Peraturan      Perusahaan,atau PerjanjianKerjaBersama.
Bagian Ketiga
Peninjauan Upah

Pasal 48
(1)PengusahamelakukanpeninjauanUpah   secara berkala   dengan   memperhatikan   kemampuan Perusahaan dan produktivitas.
(2)Peninjauan   Upah   sebagaimana   dimaksud   pada ayat(1)diaturdalam Perjanjian Kerja,Peraturan Perusahaan,atau Perjanjian Kerja Bersama.
Bagian Keempat
Pembayaran Upah dalam Keadaan Kepailitan

Pasal 49
(1)Perusahaan      yang      dinyatakan      pailit      atau dilikuidasi      berdasarkan      ketentuan      peraturanperundang-undangan,Upah dan hak lainnya yang belumditerimaolehPekerja/Buruhmerupakan utang yang didahulukan pembayarannya.
(2)Upah    Pekerja/Buruh    sebagaimana    dimaksud pada   ayat   (1)didahulukan   pembayarannya sebelum pembayaran kepada semua kreditur.
(3)Hak   lainnya    dari   Pekerja/Buruh   sebagaimana dimaksud      pada       ayat      (1)    didahulukanpembayarannya   atas    semua   kreditur   kecuali kepadaparakrediturpemeganghakjaminan kebendaan.

Pasal 50
ApabilaPekerja/Buruhjatuhpailit,Upah   dan   segala pembayaranyangtimbuldariHubunganKerjatidak termasuk dalam kepailitan kecuali ditetapkan lain oleh hakim   dengan   ketentuan   tidak   melebihi    25%(dua puluhlimapersen)dariUpahdansegalapembayaran yang    timbul    dari    Hubungan    Kerja    yang    harus dibayarkan.
Bagian Kelima
Penyitaan Upah Berdasarkan Perintah Pengadilan

Pasal 51
ApabilauangyangdisediakanolehPengusahauntuk membayar   Upah   disita   oleh   juru   sita   berdasarkan perintahpengadilan   makapenyitaan   tersebut   tidak boleh   melebihi   20%(dua   puluhpersen)darijumlah Upah yang harus dibayarkan.
Bagian Keenam
Hak Pekerja/Buruh atas Keterangan Upah


Pasal 52
(1)Pekerja/Buruh   atau   kuasa   yang   ditunjuk   secara sahberhakmemintaketeranganmengenaiUpah untuk dirinya dalam hal keterangan terkait Upah tersebut hanya dapat diperoleh melalui dokumen Perusahaan.
(2)Apabila    permintaan    keterangan   sebagaimana dimaksud   pada    ayat(1)tidak   berhasil   maka Pekerja/Buruh atau kuasa yang ditunjuk berhak meminta            bantuan         kepada       Pengawas Ketenagakerjaan.
(3)Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat   (2)wajibdirahasiakan   sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII
BENTUK DAN CARA PEMBAYARAN UPAH
Pasal 53
(1)UpahwajibdibayarkanolehPengusahakepada Pekerja/Buruh yang bersangkutan.
(2)Pengusahawajibmemberikanbuktipembayaran Upah yang memuat rincian Upah yang diterima oleh Pekerja/Buruh pada saat Upah dibayarkan.
(3)Pembayaran   Upah    oleh   Pengusaha    dilakukan berdasarkan   Perjanjian       Kerja,      Peraturan Perusahaan,atau Perjanjian Kerja Bersama.
(4)Upahsebagaimanadimaksudpada   ayat(1)dapat dibayarkan   kepada   pihak   ketiga   berdasarkan surat      kuasa         dari       Pekerja/Buruh         yang   bersangkutan.

Pasal 54
(1)PembayaranUpahharusdilakukandenganmata uang rupiah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2)Upahsebagaimanadimaksudpadaayat(1)harus dibayarkanseluruhnyapadasetiapperiodedan per tanggal pembayaran Upah.

Pasal55
(1)PengusahawajibmembayarUpahpadawaktu yang telah diperjanjikan antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh.
(2)Dalam    hal   hari    atau   tanggal    yang   telah disepakati   jatuh    pada    hari    libur,hari    yang diliburkan,atau      hari      istirahat      mingguan, pelaksanaan   pembayaran   Upah   diatur   dalam Perjanjian      Kerja,Peraturan      Perusahaan,atau PerjanjianKerja Bersama.
(3)Upah   dapat   dibayarkan   dengan   cara   harian, mingguan,atau   bulanan.
(4)Jangka waktu pembayaran Upaholeh Pengusaha tidak boleh lebih dari 1 (satu)bulan.

Pasal 56
(1)PembayaranUpahdilakukanpadatempatyang diatur      dalam      Perjanjian      Kerja,Peraturan Perusahaan,atau Perjanjian Kerja Bersama.
(2)Dalam hal tempat pembayaran Upah tidak diatur dalam   Perjanjian   Kerja,Peraturan   Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama maka pembayaran Upah dilakukan ditempat Pekerja/Buruh bekerja.

Pasal 57
(1)Upah dapat dibayarkan secara langsung kepada Pekerja/Buruh atau melalui bank.
(2)Dalam hal Upah dibayarkan melalui bank maka Upah   harus   sudah   dapat   diuangkan   oleh Pekerja/Buruh pada tanggal pembayaran Upah yang disepakatikeduabelahpihak.
BAB IX
HAL-HAL YANG DAPAT DIPERHITUNGKAN DENGAN UPAH
Bagian Kesatu Umum

Pasal 58
(1)Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah terdiri atas:
a.denda;
b.ganti   rugi;
c.pemotongan    Upah;
d.uang   muka   Upah;
e.sewa   rumah   dan/atau   sewa   barang   milik Perusahaan yang disewakan oleh Pengusaha kepadaPekerja/Buruh;
f.      utang   atau   cicilanutangPekerja/Buruh; dan/atau
g.kelebihan      pembayaran       Upah.
(2)Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah sebagaimana   dimaksud   pada         ayat   (1)
dilaksanakansesuaidenganPerjanjianKerja, Peraturan   Perusahaan,atau   Perjanjian   Kerja Bersama.
Bagian Kedua
Denda

Pasal 59
(1)PengusahaatauPekerja/Buruhyangmelanggar ketentuan    dalam    Perjanjian    Kerja,Peraturan Perusahaan,atau    Perjanjian    Kerja    Bersama karena kesengajaan atau kelalaiannya dikenakan denda    apabila    diatur    secara    tegas    dalam Perjanjian      Kerja,Peraturan      Perusahaan,atau PerjanjianKerja Bersama.
(2)DalamhaldendatidakdiaturdalamPerjanjian Kerja,Peraturan      Perusahaan,atau      Perjanjian
Kerja Bersama maka pengenaan denda mengacu
padaketentuanyangberlakudalamPeraturan Pemerintah ini.
Pasal 60
(1)Denda   kepada    Pengusaha   atau    Pekerja/Buruh sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal    59 dipergunakan   hanya      untuk      kepentingan Pekerja/Buruh.
(2)Jenispelanggaranyangdapatdikenakandenda, besaran   denda,dan    penggunaan   uang    denda diatur      dalam      Perjanjian      Kerja,Peraturan Perusahaan,atau Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 61
(1)Pengusahayangterlambatmembayardan/atau tidakmembayarUpahsebagaimanadimaksud dalamPasal   55ayat(1)dikenaidenda,dengan ketentuan:
a.mulai         dari          hari         keempat          sampai         hari kedelapan   terhitung   tanggal    seharusnya Upahdibayar,dikenakandendasebesar5% (lima persen)untuk setiap hari keterlambatan dari Upah yang seharusnya dibayarkan;
b.sesudahharikedelapan,apabilaUpahmasih belum                   dibayar,       dikenakan      denda keterlambatansebagaimanadimaksud pada hurufa   ditambah    1%(satu   persen)untuk setiap hari keterlambatan dengan ketentuan 1 (satu)bulan tidak boleh melebihi 50%(lima puluhpersen)dariUpahyangseharusnya dibayarkan;dan
c.sesudahsebulan,apabilaUpahmasihbelum dibayar,dikenakan   denda   keterlambatan sebagaimanadimaksudpadahurufadan huruf b ditambah bunga sebesar suku bunga tertinggi yang berlakupada bank pemerintah.
(2)Pengenaan   denda   sebagaimana   dimaksud   pada ayat(1) tidak menghilangkan kewajiban Pengusaha untuk tetap membayar Upah kepada Pekerja/Buruh.

Pasal 62
(1)Pengusahayangterlambatmembayartunjangan hari   raya   keagamaan   kepada   Pekerja/Buruh dikenai denda sebesar 5%(lima persen)dari totaltunjangan   hari   raya   keagamaan   yang   harus dibayar sejak berakhirnya batas waktu kewajiban Pengusaha untuk membayar.
(2)Pengenaan   denda   sebagaimana   dimaksud   pada ayat      (1)tidak      menghilangkan      kewajiban Pengusaha untuk tetap membayar tunjangan hari raya keagamaan kepada Pekerja/Buruh.
Bagian Ketiga    Pemotongan Upah

Pasal 63
(1)Pemotongan   Upah   oleh   Pengusaha      dapat dilakukan untuk pembayaran:
a.denda;
b.ganti   rugi;
c.uangmukaUpah;
d.sewarumahdan/atausewabarangmilik Perusahaan yang disewakan oleh Pengusaha kepadaPekerja/Buruh;
e.utang   atau   cicilan   utang    Pekerja/Buruh;
dan/atau
f.kelebihan pembayaran Upah.
(2)Pemotongan Upahsebagaimanadimaksudpada ayat (1)huruf a,huruf b,dan huruf c dilakukan sesuai   dengan   Perjanjian   Kerja,Peraturan Perusahaan,atau PerjanjianKerja Bersama.
(3)Pemotonganupahsebagaimanadimaksudpada ayat(1)hurufddanhurufeharus   dilakukan berdasarkan kesepakatan tertulis atau perjanjian tertulis.
(4)Pemotongan Upahsebagaimanadimaksudpada ayat(1)huruffdilakukan   tanpapersetujuan Pekerja/Buruh.

Pasal 64
(1)Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk pihak ketiga hanya dapat dilakukan berdasarkan surat kuasa dari Pekerja/Buruh.
(2)Surat kuasa setiap saat dapat ditarik kembali.
(3)Surat   kuasa   dari   Pekerja/Buruh   dikecualikan untuk   semua   kewajiban   pembayaran   oleh Pekerja/Buruh   terhadap   negara   atau   iuran sebagai       peserta          pada       badan      yang menyelenggarakanjaminan   sosialyang   ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 65
Jumlah keseluruhan pemotongan Upah sebagaimana dimaksud   dalam   Pasal   63   palingbanyak   50% (limapuluhpersen)darisetiappembayaranUpahyang diterima Pekerja/Buruh.
BAB X
UPAH SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN ATAU PEMBAYARAN HAK DAN
KEWAJIBAN LAINNYA
BagianKesatu
Upah Sebagai Dasar PerhitunganUang Pesangon danUang
Penghargaan Masa Kerja

Pasal 66
(1)Komponen Upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan      uang       pesangon      dan       uangpenghargaan masa kerja terdiri atas:
a.Upah          pokok;dan
b.tunjangan    tetap    yang    diberikan    kepada
Pekerja/Buruh    dan    keluarganya.
(2)Dalam hal Pengusaha membayarkan Upah tanpatunjangan    maka    dasar    perhitungan    uang pesangondanuangpenghargaanmasakerja, yaituUpahtanpatunjangan.
(3)   Dalam hal komponenUpah yang digunakanyaitu Upahpokokdantunjangantidaktetapmaka
dasar   perhitungan   uang   pesangon   dan   uang penghargaan masa kerja,yaitu Upah pokok.

Pasal 67
(1)Upah untuk pembayaran uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 diberikan dengan ketentuan:
a.dalam      hal      penghasilan      Pekerja/Buruh dibayarkanatasdasarperhitungan   harian, Upah sebulan sama dengan 30 (tiga puluh) dikalikan Upahsehari;atau
b.dalamhalUpahPekerja/Buruhdibayarkan atasdasarperhitungan   satuanhasil,Upah sebulansamadenganpenghasilanrata-rata dalam 12 (dua belas)bulan terakhir.
(2)Dalam hal Upahsebulansebagaimanadimaksud padaayat(1)hurufblebihrendahdariUpah minimum,Upah yang menjadi dasar perhitungan uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja yaituUpahminimumyangberlakudiwilayah tempat Pekerja/Buruh bekerja.
Bagian Kedua
Upah Sebagai Dasar Perhitungan Pajak Penghasilan

Pasal 68
(1)Upahuntukperhitunganpajakpenghasilanyang dibayarkan untuk pajak penghasilan dihitung dari seluruh   penghasilan   yang   diterima   oleh Pekerja/Buruh.
(2)Pajakpenghasilansebagaimanadimaksudpada ayat(1)dapat dibebankan kepadaPengusaha atau Pekerja/BuruhyangdiaturdalamPerjanjian Kerja,Peraturan    Perusahaan,atau    Perjanjian Kerja Bersama.
(2)Upah   untuk   perhitungan   pajak   penghasilan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XI
DEWANPENGUPAHAN
Pasal 69
(1)Dewan pengupahan terdiri atas:
a.dewan pengupahan nasional;dan
b.dewan pengupahan provinsi.
(2)   Dalam   haldiperlukan,dapatdibentukdewan pengupahan kabupaten/kota.

Pasal 70
(1)Dewan   pengupahan   nasional   dibentuk   oleh Presiden.
(2)Dewan       pengupahanprovinsi   dibentukoleh gubernur.
(3)Dewan   pengupahan    kabupaten/kota   dibentuk oleh bupati/wali kota.

Pasal 71
(1)Dewan         pengupahan       nasional       bertugas memberikan   saran   dan   pertimbangan   kepada Pemerintah Pusat dalam rangka:
a.perumusan   kebijakan   pengupahan;dan
b.penyusunan   dan   pengembangan   sistem
pengupahan.
(2)Dewan         pengupahan       provinsi       bertugas
memberikan   saran   dan   pertimbangan   kepada gubernur dalam rangka:
a.penetapan Upah minimum provinsi;
b.penetapan   Upah   minimum   kabupaten/kota bagi kabupaten/kota yang mengusulkan;dan
c.penyiapanbahanperumusanpengembangan sistem pengupahan.
(3)Dewan    pengupahan   kabupaten/kota    bertugas memberikan   saran   dan   pertimbangan   kepada bupati/wali kota dalam rangka:
a.pengusulanUpahminimumkabupaten/kota; dan
b.penyiapanbahanperumusanpengembangan sistem pengupahan.

Pasal 72
(1)Keanggotaan    dewan   pengupahan   terdiri    atas unsurpemerintah,organisasiPengusaha,Serikat Pekerja/SerikatBuruh,akademisi,danpakar.
(2)Keanggotaan    dewan    pengupahan    dari    unsur pemerintah    bersifat    melekat    pada    jabatan
(ex   officio).
(3)Keanggotaan    dewan    pengupahan    dari    unsur pemerintah,organisasi    Pengusaha,dan   Serikat Pekerja/Serikat   Buruh      dengan      komposisi perbandingan2:1:1(duabanding   satubanding satu).
(4)Keanggotaan    dewan    pengupahan    dari    unsur akademisi   dan   pakar   jumlahnya   disesuaikan dengankebutuhan.
(5)Susunan   keanggotaan      dewan      pengupahan   terdiri atas:
a.ketua,merangkapsebagaianggotadariunsur pemerintah di bidang ketenagakerjaan;
b.wakil   ketua:
1.sebanyak 2 (dua)orang merangkap sebagai anggota masing-masing dari unsur Serikat Pekerja/Serikat   Buruh    dan    organisasi Pengusaha,untuk   dewan   pengupahan nasional
2.sebanyak      1      (satu)orang      merangkap sebagaianggotadariunsurakademisi, untukdewanpengupahanprovinsi   dan dewan pengupahan kabupaten/kota.
c.sekretaris,merangkap    sebagai    anggota    dari unsur pemerintah yang mewakili kementerian yang    menyelenggarakan    urusan    pemerintahan dibidangketenagakerjaanataudinasyang menyelenggarakanurusanpemerintahandi bidang ketenagakerjaan.
(6)Keseluruhan      anggota      dewan   pengupahan sebagaimanadimaksudpadaayat(1)berjumlah gasal.

Pasal 73
(1)Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas rutin   dewan   pengupahan    nasional,dewan pengupahanprovinsi,dan   dewanpengupahan kabupaten/kota dibantu oleh sekretariat.
(2)Sekretariat dewan pengupahan nasional dibentuk oleh Menteri.
(3)Sekretariat dewan pengupahan provinsi dibentuk oleh gubernur.
(4)Sekretariatdewanpengupahankabupaten/kota dibentuk oleh bupati/wali kota.

Pasal 74
(1)Anggotadewanpengupahannasionaldiangkat dan   diberhentikan   oleh   Presiden   atas   usul Menteri.
(2)Anggota dewan pengupahan provinsi diangkat dan diberhentikan   oleh   gubernur   atas   usul   kepala dinas       yang       menyelenggarakan         urusanpemerintahan di bidang ketenagakerjaan provinsi.
(3)Anggota   dewan   pengupahan   kabupaten/kota diangkat dan diberhentikan oleh bupati/wali kota atas usul kepala dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota.
(4)   Ketentuan   lebih   lanjut   mengenai   tata   cara pengangkatan    dan    pemberhentian    dewan pengupahan diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal75
(1)Untukdapatdiangkatmenjadianggotadewan pengupahan,calon   anggota   harus   memenuhi persyaratan:
a.warga negara Indonesia;
b.berpendidikan paling rendah lulusan strata-1 (S-1)untuk dewan pengupahan nasional dan dewan pengupahan provinsi;
c.berpendidikan      paling    rendah      lulusan diploma-III (D-III)untuk dewan pengupahan kabupaten/kota;dan
d.memiliki   pengalaman    atau   pengetahuan bidang   pengupahan   dan   pengembangan sumber daya manusia.
(2)Anggota dewan pengupahan dari unsur organisasi PengusahadanSerikatPekerja/SerikatBuruh diangkatuntuk 1 (satu)kali masa jabatan selama 3 (tiga)tahun dan dapat diangkat kembali hanya untukpalinglama   1(satu)kalimasajabatan berikutnya.
(3)Anggota dewan pengupahan dari unsur akademisi danpakardiangkatuntuk   1(satu)kali   masa jabatan selama 3 (tiga)tahun dan dapat diangkat kembali   hanya   untuk   paling   lama   2   (dua)kali masa jabatan berikutnya.
(4)Selain berakhirnya masa jabatan,anggota dewan pengupahan diberhentikanjika:
a.mengundurkan   diri;
b.selama   3    (tiga)bulan   berturut-turut   tidak dapat menjalankan tugasnya;
c.dihukumkarenamelakukantindakpidana dengan   putusan   pengadilan   yang   telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
d.melanggar    ketentuan    yang    diatur    dalam    tata kerja dewan pengupahan;atau
e.diusulkan oleh organisasi atau instansi yang bersangkutanuntukdigantikarenaterjadi perubahan organisasi.
(5)Penggantiananggotadewanpengupahanyang diberhentikan    dengan    alasan    sebagaimana dimaksud pada ayat (4),diusulkan oleh:
a.MenterikepadaPresidensetelahmenerima usulan    dari    kementerian    terkait    atau organisasi yang bersangkutan,bagi anggota dewan pengupahannasional;
b.kepala dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan   di   bidang   ketenagakerjaan provinsi kepada gubernur setelah menerima usulandaridinasyangmenyelenggarakan urusan   pemerintahan   bidang   terkait di provinsiatau organisasi yang bersangkutan, bagianggota dewan pengupahan provinsi;   
c.kepala dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan   di   bidang   ketenagakerjaan kabupaten/kota   kepada    bupati/wali   kota setelahmenerimausulandaridinasyang menyelenggarakan    urusan    pemerintahan bidang    terkait    di    kabupaten/kota    atau organisasi yang bersangkutan,bagi anggota dewan pengupahan kabupaten/kota.
(6)Dalam       hal      anggota      dewan    pengupahanmengundurkan   diri   atas   permintaan   sendirisebagaimanadimaksudpada   ayat(4)hurufa, permintaan   disampaikan   oleh   anggota   yangbersangkutan kepada:
a.Menteridengantembusankepada   organisasi atau    instansi    yang    mengusulkan    untuk diajukan kepada Presiden,bagi anggota dewan pengupahan nasional;
b.kepaladinasyangmenyelenggarakanurusan pemerintahan    di    bidang    ketenagakerjaan provinsi dengan tembusan kepada organisasi atau dinas yang mengusulkan untuk diajukan kepada   gubernur,bagi   anggota   dewan pengupahan provinsi;
c.kepaladinasyangmenyelenggarakanurusan pemerintahan    di    bidang    ketenagakerjaan kabupaten/kota   dengan   tembusan   kepada organisasi   atau    dinas   yang   mengusulkan untuk diajukan kepada bupati/wali kota,bagi anggota dewan pengupahan kabupaten/kota.
(7)   Ketentuan    lebih   lanjut   mengenai   tata   cara penggantiananggotadewanpengupahandiatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 76
(1)Saran   dan   pertimbangan   dewan   pengupahan disampaikan   dalam   bentuk   surat   rekomendasi.
(2)Perumusansarandanpertimbangan   dilakukan berdasarkan musyawarahuntuk mufakat.
(3)Dalam hal musyawarah tidak mencapai mufakat maka   dapat   dilakukan   pemungutan   suara terbanyak.
(4)Ketentuan       mengenai   tata      kerja   dewan pengupahan diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 77
(1)Pendanaanyangdiperlukanbagipelaksanaan tugas dewan pengupahan nasional dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bagian         anggaran            kementerian         yang menyelenggarakan   urusan   pemerintahan   di bidang ketenagakerjaan.
(2)Pendanaanyangdiperlukanbagipelaksanaan tugas dewan pengupahan provinsi dibebankan padaAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
(3)Pendanaanyangdiperlukanbagipelaksanaan tugas    dewan    pengupahan    kabupaten/kota dibebankanpadaAnggaranPendapatandan Belanja Daerah kabupaten/kota.
(4)Selain    sumber    pendanaan   sebagaimana    dimaksud pada   ayat   (1),ayat   (2),dan   ayat   (3),sumber pendanaanyangdiperlukanbagipelaksanaan tugasdewanpengupahan   dapatberasal   dari sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB XII
PENGAWASAN
Pasal 78
Pengawasanketenagakerjaanterhadappenerapan
ketentuan               dalam            Peraturan                  Pemerintah    ini
dilaksanakan oleh Pengawas Ketenagakerjaan pada kementerian   yang       menyelenggarakan      urusan pemerintahandibidangketenagakerjaandan/atau dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan provinsi.

BAB XIII
SANKSIADMINISTRATIF
Pasal 79
(1)Pengusahayang   melanggarketentuan   Pasal9 ayat(1),Pasal9ayat(2),Pasal   13ayat(2), Pasal21ayat(1),Pasal21ayat(2),dan/atauPasal53ayat(2)dikenaisanksiadministratif berupa:
a.teguran   tertulis;
b.pembatasan   kegiatan   usaha;
c.penghentian         sementara    sebagian   atau
seluruh alat produksi;dan
d.pembekuankegiatanusaha.
(2)Pengenaan    sanksi    administratif   sebagaimana dimaksud    pada    ayat    (1)dilakukan    secara bertahap.
(3)Teguran   tertulis   sebagaimana   dimaksud   pada ayat(1)huruf amerupakanperingatantertulis atas pelanggaran yang dilakukan oleh Pengusaha.
(4)Pembatasan   kegiatan   usaha      sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b meliputi:
a.pembatasan    kapasitas    produksi    barang dan/atau   jasa    dalam    waktu   tertentu; dan/atau
b.penundaanpemberianizinusahadisalah satu atau beberapa lokasi bagi Perusahaan yang memilikiproyek di beberapa lokasi.
(5)Penghentiansementarasebagianatauseluruhalat produksisebagaimanadimaksudpadaayat(1) huruf   c    berupa    tindakan   tidak   menjalankan sebagian    atau    seluruh    alat    produksi    barang dan/atau jasadalamwaktutertentu.
(6)Pembekuan   kegiatan    usaha    sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf dberupa tindakan menghentikan seluruh proses produksi barang dan/ataujasadiPerusahaandalamwaktu
tertentu.

Pasal 80
(1)Menteri,menteri               terkait,gubernur,bupati/wali kota,ataupejabatyangditunjuksesuaidengan kewenangannyamengenakansanksiadministratif sebagaimanadimaksuddalamPasal79kepada Pengusaha.
(2)Pengenaan    sanksi    administratif    diberikan berdasarkan hasilpemeriksaan yang dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaanyang berasal dari: a.pengaduan;dan/atau
b.      tindak                     lanjut         hasil                      pengawasan
ketenagakerjaan.
(3)Tindaklanjuthasilpemeriksaanyangdilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan dituangkan dalam nota pemeriksaan.
(4)Dalamhalnotapemeriksaantidakdilaksanakan oleh      Pengusaha,Pengawas      Ketenagakerjaan menyampaikan laporan ketidakpatuhan terhadap ketentuan       peraturan       perundang-undanganbeserta nota pemeriksaan kepada:
a.direktur                        jenderal      yang      membidangi
pengawasan         ketenagakerjaan         pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan   di   bidang   ketenagakerjaan, untuk          Pengawas          Ketenagakerjaan di   kementerian   yang   menyelenggarakan urusan         pemerintahan      di      bidang ketenagakerjaan;atau
b.      kepala dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan   di   bidang    ketenagakerjaan provinsi,untuk   Pengawas   Ketenagakerjaan padadinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan   di   bidang    ketenagakerjaan provinsi.
(5)Direktur jenderalataukepaladinassebagaimana dimaksud    pada      ayat   (4)   menyampaikan rekomendasikepadapejabatyangberwenang mengenakan sanksi administratif.
(6)Menteri   terkait,gubernur,bupati/wali      kota,atau pejabat      yang      ditunjuk       memberitahukan pelaksanaan    pengenaan    sanksi    administratif kepada Menteri.

Pasal 81
Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota yang masih   memberlakukan   keputusan   tentang   Upah minimum    yang    bertentangan    dengan    Peraturan Pemerintahinidikenaisanksiadministratifsesuai dengan   ketentuan   peraturan   perundang-undangan yang mengatur mengenai pemerintahan daerah.

BAB XIV
KETENTUAN   PERALIHAN
Pasal 82
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
a.Upah   minimum   provinsi      dan/atau   Upah minimum   kabupaten/kota   Tahun   2021   yang telah ditetapkan oleh gubernur pada Tahun 2020 dinyatakan    tetap    berlaku   sampai    dengan Desember 2021;
b.Upahminimum   sektoralyangtelahditetapkan sebelum tanggal 2 November 2020 tetap berlaku sampai dengan:
1.suratkeputusanmengenaipenetapanUpah minimum sektoral berakhir;atau
2.Upah   minimum   provinsi   dan/atau   Upahminimum   kabupaten/kota   di   daerah tersebut ditetapkan lebih tinggi dari Upah minimum sektoral;
c.Upahminimumsektoralprovinsidan/atauUpah
minimum                  sektoral    kabupaten/kota               yang
ditetapkan setelah tanggal 2 November 2020 wajib dicabut    oleh    gubernur   selambat-lambatnya 1(satu)tahunsejakditetapkan;dan
d.gubernur   tidak   boleh   lagi   menetapkan   Upah
minimum sektoral

Pasal 83
(1)Perusahaanyang   telahmemberikanUpah   lebih tinggi dari Upah minimum yang telah ditetapkan, Pengusaha dilarang mengurangi atau menurunkan Upah.
(2)Pengusaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)dikenai sanksiadministratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79.

BAB XV
KETENTUANPENUTUP
Pasal 84
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua      peraturan   perundang-undangan    yang
merupakan   peraturan      pelaksanaan            dari
Undang-UndangNomor   13Tahun2003tentang Ketenagakerjaan      yang      mengatur       mengenai pengupahan    dinyatakan    masih   tetap    berlakusepanjang   tidak   bertentangan   dengan   PeraturanPemerintah ini

Pasal 85
PadasaatPeraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 237,Tambahan Lembaran Negara Republik   Indonesia   Nomor    5747),dicabut    dan dinyatakan tidakberlaku

Pasal 86
Peraturan Pemerintah ini mulai berlakupadatanggal diundangkan.
Agar         setiap         orang          mengetahuinya,memerintahkan
pengundangan      Peraturan      Pemerintah      ini      dengan
penempatannya      dalam      Lembaran      Negara      Republik
Indonesia.

Ditetapkan    di    Jakarta
pada   tanggal   2   Februari   2021
PRESIDENREPUBLIKINDONESIA,
ttd.
JOKO       WIDODO

Diundangkan   di   Jakarta
pada   tanggal   2   Februari   2021
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK   INDONESIA,
ttd.
YASONNA       H.LAOLY

LEMBARAN    NEGARA   REPUBLIK    INDONESIA   TAHUN   2021    NOMOR   46
Salinan    sesuai    dengan    aslinya
KEMENTERIAN       SEKRETARIAT       NEGARA REPUBLIK         INDONESIA
Deputi   Bidang   Perundang-undangan      dan
uinistrasi       Hukum

SKNo086138A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR   36   TAHUN   2021
TENTANG
PENGUPAHAN

I.UMUM   
Upah merupakan salah satu unsur esensial dalam Hubungan
Kerja,mengingat keberadaan Upah selalu dikaitkan dengan sumber penghasilan bagiPekerja/Buruhuntuk mencapaiderajat penghidupan yang layakbagi dirinya dan keluarganya.
DimensiUpahmemilikicakupanyangluas,baikyang berkaitan dengan aspek pemenuhan kebutuhan dasar Pekerja/Buruh, maupun yang berkaitan dengan aspek pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja.Arah kebijakan pembangunan sistem pengupahan,menekankanpadaaspekpelindunganUpahbagi Pekerja/Buruh       untuk       mencapai      kesejahteraan       dengan memperhatikan kemampuan Perusahaan dan kondisi perekonomian nasional.Dengan dasar tersebut maka diharapkan terwujud sistem pengupahan yang berkeadilan.
Selain itu,regulasi bidang pengupahan juga harus mampu menjawabtantangan dinamika globalisasi dan transformasi teknologi informasi yang berdampak terhadap perubahan tatanan sosial dan ekonomi,termasukperubahanpolaHubunganKerja   dibidang ketenagakerjaan.
Oleh   karena   itu,diperlukan   regulasi   pengupahan   yang mengaturbeberapa isu strategis,antara lain mengenai bentuk Upah, Upah   bagi    Pekerja/Buruh,Upah   minimum    dan    Upah   bagi Pekerja/Buruhpada usaha mikro dan usaha kecil.
Ruanglingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi:
a.kebijakan    pengupahan;
b.penetapanUpahberdasarkansatuanwaktudan/atausatuan hasil;
c.strukturdanskalaUpah;
d.Upah      minimum;
e.Upah terendah pada usaha mikro dan usaha kecil; f.   pelindunganUpah;
g.   bentuk dan cara pembayaran Upah;
h.hal-halyangdapatdiperhitungkandenganUpah;
i.Upah   sebagai   dasar   perhitungan    atau    pembayaran    hak    dan
kewajiban lainnya;
j.          dewan   pengupahan;dan k.sanksi       administratif.

II.   PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas

Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Yangdimaksuddengan“memperolehperlakuanyangsama” adalahPengusaha   dalam   menerapkan   sistem   pengupahantanpa    membedakan   jenis    kelamin,suku,ras,agama,warnakulit,danaliranpolitik.
Ayat (3)
Yang   dimaksud    dengan“pekerjaan   yang    sama   nilainya” adalah pekerjaan yang bobotnya sama diukur dari antara lainkompetensi,risiko   kerja,dan   tanggung   jawab   dalam    satuPerusahaan.

Pasal 3
Yangdimaksuddengan”padasaatterjadiHubunganKerja” adalah sejak adanya Perjanjian Kerja baik tertulis maupun tidaktertulisantaraPengusahadenganPekerja/Buruh.
Yangdimaksuddengan”padasaatputusnyaHubunganKerja” antaralainPekerja/Buruhmeninggaldunia,adanyaperjanjianbersama,atau      adanya      penetapan      lembaga      penyelesaianperselisihanhubunganindustrial.

Pasal 4
Cukupjelas.
Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Ayat(1)
Yangdimaksuddengan“penghasilanyangmemenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”adalahjumlah penerimaanataupendapatanPekerja/Buruhdarihasil pekerjaannya sehingga mampu memenuhikebutuhan hidup Pekerja/Buruh dan keluarganya secara wajar.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas. Hurufb
Yang dimaksud dengan“Pendapatan non-Upah”adalah penerimaanPekerja/BuruhdariPengusahadalambentuk    uang      untuk      pemenuhan   kebutuhan
keagamaan,memotivasipeningkatanproduktivitas, ataupeningkatankesejahteraanPekerja/Buruhdan keluarganya

Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan“Upahtanpatunjangan”adalah sejumlahuangyang   diterimaolehPekerja/Buruh secara tetap tanpa adanya tambahan tunjangan.
Contoh:
Seorang      Pekerja       A      menerima   Upah   sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah)sebagai Upah bersih (clean wages).Besaran Upah tersebututuh digunakan sebagai dasar perhitungan hal-hal yang terkait dengan Upah,antaralaintunjangan hari raya keagamaan, Upah kerja lembur,pesangon,iuran jaminan sosial, dan lain-lain.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan“jabatan atau pekerjaan tertentu” adalah jabatan yang memiliki tanggung jawabsebagaipemikir,perencana,danpengendali jalannyaPerusahaanantaralainjabatanpada   supervisor,manajer,dan   ahlidengan besaran Upah paling sedikit sebesar batas palingtinggiUpahuntukdasarperhitunganiuranjaminanpensiun.

Pasal 8
Ayat(1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukupjelas.
Hurufb
Cukupjelas.
Hurufc
Cukup jelas.                        
Hurufd                              
Yang      dimaksud      dengan“usaha      tertentu”adalah      usaha
hotel       dan       usaha       restoran       di       hotel.

Pasal      9
Cukup
Pasal         10
Cukup
Pasal      11
Cukup
jelas.
jelas.
jelas.

Pasal         12
Ayat(1)
Yang      dimaksud       dengan“fasilitas      kerja”adalah       sarana       atau peralatan      yang      disediakan      oleh      Perusahaan      bagi      jabatan atau   pekerjaan   tertentu   atau      seluruh   Pekerja/Buruh   untuk menunjang      pelaksanaan      pekerjaan.
Contoh:
Fasilitas            kendaraan,             kendaraan             antar         jemput
Pekerja/Buruh,dan/atau         alat         komunikasi.
Huruf   a
Yang       dimaksud       dengan       “jabatan       atau       pekerjaantertentu”adalah          kedudukan          atau          kegiatan          yang membutuhkan      fasilitas      tertentu      untuk      mendukung kelancaran      pelaksanaan       tugas       yang       ditetapkan       oleh Perusahaan   sebagai   penerima      fasilitas   kerja.
Huruf      b
Cukup   jelas.
Ayat   (2)
Cukup      jelas
Ayat(3)
Cukup   jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan“bekerja secara paruh waktu”adalah bekerja kurang dari 7 (tujuh)jam1 (satu)hari dan kurang dari 35 (tiga puluh lima)jam 1 (satu)minggu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Angka126(seratusduapuluhenam)merupakanangka penyebut yang diperoleh dari hasil perkalian antara 29(dua puluh sembilan)jam 1 (satu)minggu dengan 52(lima puluh dua)minggu    (jumlah    minggu    dalam   1(satu)tahun) kemudian dibagi 12 (dua belas)bulan.
29 (dua puluh sembilan)jam merupakan median jam kerja Pekerja/Buruhparuh waktu tertinggi dari seluruh provinsi.
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal19
Yang   dimaksud   dengan    ”pemenuhan   pelaksanaan   ketentuan peraturan   perundang-undangan”adalah    pemenuhan   kewajiban PengusahakepadaPekerja/Buruh   antara   lain   tunjangan   hari raya   keagamaan,Upah   kerja   lembur,uang   pesangon,uang penghargaanmasakerja,danUpahkarenasakit,sertaiurandan manfaat jaminan sosial.

Pasal 20
Ayat (1)
Strukturdanskalaupahdimaksudkanantaralainuntuk:
a.mewujudkanUpahyangberkeadilan;
b.mendorongpeningkatanproduktivitas   diPerusahaan;
c.meningkatkan    kesejahteraan   Pekerja/Buruh;
d.menjamin   kepastian   Upah;dan
e.mengurangi   kesenjangan    antara   Upah   terendah    dan
tertinggi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 21
Ayat(1)
Faktor    yang   digunakan/dipilih    untuk    menilai   atau membobot      jabatan      yang      dapat      dikompensasikan
(compensable factor)dalam penyusunan strukturdan skala
Upah         antara         lain         pendidikan,keterampilan,dan pengalaman yang dipersyaratkan oleh jabatan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan“Batas atas UM(t”adalah acuan batas tertinggi bagi Upah minimum yang akan ditetapkan. UM merupakan singkatan dari Upah Minimum.
Yang dimaksud dengan“Rata-rata konsumsi per kapita(t)” adalahrata-ratakonsumsiperkapitaperbulanyangdihitung dari survei sosial ekonomi nasionalbulan Maret setiaptahunnya.
Yang dimaksud dengan“Rata-rata banyaknya ART(t”adalah rata-rata banyaknya anggota rumah tangga yang dihitung dari survei sosial ekonomi nasional bulan Maret setiap tahunnya.ART merupakan singkatan dariAnggota Rumah Tangga.
Yang dimaksud dengan“Rata-rata banyaknya ART bekerja pada    setiap    rumah    tangga(t”adalah    rata-rata    banyaknya orang bekerja per rumah tangga yang dihitung dari survei sosial ekonominasionalbulan Maret setiaptahunnya.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan“Batas bawah UM(t”adalah acuan batas terendah bagi Upah minimum yang akan ditetapkan.
Yangdimaksuddengan“BatasatasUMt”adalahacuan batastertinggi bagi Upah minimum yang akan ditetapkan.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan“UM(t+1)”adalahUpah minimum yang akan ditetapkan.
Yang dimaksud dengan“UM(t”adalahUpah minimum tahun berjalan.
Yang dimaksud dengan“Max(PEt),Inflasit)”adalah fungsi maksimum dari pertumbuhan ekonomi atau inflasi yaitu salah satu nilai tertinggi dari pertumbuhan ekonomi atau inflasi.Max    merupakan    singkatan    dari    maksimum. PE merupakan singkatan dari Pertumbuhan Ekonomi.
Yang dimaksud dengan“PEt”adalah pertumbuhan ekonomi provinsi yang dihitung dari pertumbuhan ekonomi yang mencakup periodekuartal IV tahun sebelumnya dan periode kuartal I,II dan III tahun berjalan (dalam persen).
Yang dimaksud dengan“Inflasi(u”adalah inflasi provinsi yang dihitung dari periode September tahun sebelumnya sampai dengan periode September tahun berjalan (dalam persen).
Yang dimaksud dengan“Batas atast”adalah acuan batas tertinggi bagiUpah minimum yang akan ditetapkan.
Yang dimaksud dengan“Batas bawah(t”adalah acuan batas terendah bagi Upah minimum yang akan ditetapkan.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukupjelas
Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup   jelas.
Pasal29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Ayat (1)
Huruf a
Yangdimaksuddengan“UMKg1”adalahnilaiUpah minimum kabupaten/kota dengan mempertimbangkan faktorparitasdayabeli.UMKmerupakansingkatan dari Upah Minimum Kabupaten/Kota.
Yangdimaksuddengan“PPPKab/Kota”adalahrata- rataparitasdayabeli3(tiga)tahunterakhirpada kabupaten/kotayangbersangkutan.PPPmerupakan singkatan dari Purchasing Power Parity.
Yang dimaksud dengan“PPP Provinsi”adalah rata-rata paritas daya beli 3 (tiga)tahun terakhir pada provinsi yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan“UMPt”adalahUpah minimum provinsitahunberjalan.UMPmerupakan   singkatan dari Upah Minimum Provinsi.
Hurufb
Yang dimaksud dengan“UMK(F2)”adalah nilai Upah minimum kabupaten/kota dengan mempertimbangkan faktor tingkat penyerapan tenagakerja.
Yang dimaksud dengan“1-TPT Kab/Kota”adalah rata- ratatingkatpenyerapantenagakerja3(tiga)tahun terakhir   pada   kabupaten/kota   yang   bersangkutan. TPT merupakan singkatan dari Tingkat Pengangguran Terbuka.
Yang dimaksud dengan“1-TPT Provinsi”adalah rata- ratatingkatpenyerapantenagakerja3(tiga)tahun terakhirpada provinsi yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan“UMPt”adalahUpah minimum provinsitahun berjalan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan“UMK(F3)”adalah nilai Upah minimum kabupaten/kota dengan mempertimbangkan faktor    median   Upah    Pekerja/Buruh   di    luar penyelenggara    negara.
Yangdimaksuddengan“MedianUpahKab/Kota” adalah rata-rata median Upah Pekerja/Buruh di luarpenyelenggaranegara3(tiga)tahunterakhirpadakabupaten/kota yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan“Median Upah Provinsi”adalah rata-rata   median   Upah   Pekerja/Buruh   di   luar penyelenggaranegara3(tiga)tahunterakhirpada provinsi yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan“UMPt”adalahUpah minimum provinsi   tahun   berjalan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan“UMK(t+1”adalah nilai Upah minimum kabupaten/kota yang akan ditetapkan.
Yang dimaksud dengan“UMK(r1”adalah nilai Upah minimum kabupaten/kota dengan mempertimbangkan faktor paritas daya beli.
Yang dimaksud dengan“UMK(r2)”adalah nilai Upah minimum kabupaten/kota dengan mempertimbangkan faktor tingkat penyerapan tenagakerja.
Yang dimaksud dengan“UMK(F3)”adalah nilai Upah minimum kabupaten/kota dengan mempertimbangkan faktor    median    Upah    Pekerja/Buruh    di    luar penyelenggara    negara.
Ayat (2)
Cukupjelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Ayat(1)
Cukupjelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yangdimaksuddengan“Pekerja/Buruhbersedia melakukanpekerjaanyangtelahdijanjikantetapi Pengusaha    tidak   mempekerjakannya”    misalnya Pekerja/Buruh yang diperintahkanuntukmembongkar muatan kapal akan tetapi karena sesuatu hal kapal tersebut   tidak   datang   maka   Pengusaha   harus membayar    Upah    Pekerja/Buruh.
Ayat (3)
Cukupjelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jclas.

Pasal48
Ayat (1)
Yangdimaksuddengan“secaraberkala”adalahsuatu periode waktu tertentu yang bersifat tetap atau periode waktu    tertentu    yang    ditetapkan    sesuai    kebijakan Perusahaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 49
Cukupjelas.

Pasal 50
Seorang Pekerja/Buruh dimungkinkan akan dapat jatuh pailit yang disebabkan tidak terbayarnya hutang kepada pihak lain, baik kepada Pengusaha dan/atau orang lain.Guna menjamin kehidupan Pekerja/Buruh yang keseluruhan harta bendanya disita,ada   jaminan    untuk    hidup    bagi    dirinya    beserta keluarganya.Oleh   karena   itu,dalam   Pasal   ini   Upah   dan pembayaran lainnya yang menjadi hak Pekerja/Buruh tidak termasuk dalam kepailitan.Penyimpangan terhadap ketentuan pasal ini hanya dapat dilakukan oleh hakim dengan batas sampai dengan 25%(dua puluh lima persen).

Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52
Ayat (1)
Yang   dimaksud   dengan“dokumen   Perusahaan”adalah dokumen yang memuat rincian pembayaran Upah setiap Pekerja/Buruh di Perusahaan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 53
Ayat(1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukupjelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Surat kuasa dari Pekerja/Buruh yang bersangkutan harus mencantumkan    batasan    waktu   atau    periode    untuk pembayaran Upah yang dikuasakan kepadapihak ketiga.

Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal59
Cukup   jelas.
Pasal 60
Cukupjelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal62
Cukup   jelas.
Pasal63
Cukup   jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukupjelas.
Pasal 66
Cukup jelas.

Pasal67
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yangdimaksuddengan“Upahminimumyangberlakudi wilayah    tempat   Pekerja/Buruh    bekerja”adalah    Upah minimumkabupaten/kotadalamhaldidaerahtersebut ditetapkan      Upah      minimum      kabupaten/kota.Apabila kabupaten/kotadidaerahtersebuttidakterdapatpenetapan Upah   minimum   kabupaten/kota   maka   berlaku   Upah minimum provinsi.

Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.

Pasal 71
Ayat (1)
Dalam rangka memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah,dewan pengupahan nasional dapat melakukan berbagai   kegiatan    seperti   kajian,analisis,koordinasi,dan kerja sama dengan pihak terkait.
Ayat (2)
Dalam rangka memberikan saran dan pertimbangan kepada gubernur,dewanpengupahanprovinsidapatmelakukan berbagai   kegiatan   seperti   kajian,analisis,koordinasi,dan kerja sama dengan pihak terkait.
Ayat (3)
Dalam rangka memberikan saran dan pertimbangan kepada bupati/wali kota,dewan pengupahan kabupaten/kota dapat melakukan    berbagai    kegiatan    seperti    kajian,analisis, koordinasi,dan kerja sama dengan pihak terkait.

Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukupjelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal75
Cukupjelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6648

SK No 086160 A

页: [1]
查看完整版本: 印度尼西亚 2021年第36号政府令《工资支付规定》